Rabu, 25 Agustus 2010
SERIKAT PEKERJA PLN DEMO TOLAK KENAIKAN TDL
Berita Kerinci
Serikat Pekerja PT PLN (Persero) menolak rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) rata-rata 15 persen yang direncanakan pemerintah diberlakukan pada awal tahun 2011.
Opsi yang mungkin dilakukan adalah mengganti BBM (bahan bakar minyak) pembangkit dengan batubara dan gas, memperbaiki transaksi batubara, dan mengejar penyelesaian proyek 10.000 MW.
-- Ahmad Daryoko
Ketua Umum SP PLN, Ahmad Daryoko, di Jakarta, Rabu, mengatakan, pemerintah masih memiliki banyak opsi lain guna menutup kekurangan biaya pokok penyediaan (BPP) PLN.
"Opsi yang mungkin dilakukan adalah mengganti BBM (bahan bakar minyak) pembangkit dengan batubara dan gas, memperbaiki transaksi batubara, dan mengejar penyelesaian proyek 10.000 MW," katanya.
Ia mencontohkan, penggantian BBM dengan gas akan mampu menghemat pengeluaran PLN hingga Rp37 triliun per tahun. Menurut dia, dari kebutuhan gas sebanyak 1.800 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), hanya tersedia 321 MMSCFD atau 17,83 persen.
"Kondisi itu membuat pembangkit membakar BBM hingga Rp44 triliun per tahun," ujarnya.
Selain opsi tersebut, Daryoko menduga kenaikan TDL merupakan agenda terselubung agar terjadi liberalisasi di sektor kelistrikan.
Menurut dia, dengan menaikkan TDL secara bertahap hingga menuju keekonomiannya, maka akan banyak investor khususnya asing yang masuk. "Secara perlahan-lahan pula aset-aset PLN akan dijual dan kita tidak lagi menguasai kelistrikan," katanya.
Ia menambahkan, sesuai UUD 1945, kelistrikan bukanlah sektor bisnis. Artinya, pemerintah bertanggung jawab menyediakan infrastruktur vital termasuk kelistrikan, meski bagi keuangan negara terasa berat.
Daryoko juga mengatakan, kalau TDL tidak naik atau harga listrik tetap murah, maka akan menguntungkan bagi industri bersaing di pasar global. "Sebaliknya, kalau harga listrik terus naik, maka akan banyak industri yang kolaps," ujarnya.
Saling Tangkap Taufik: RI-Malaysia Tidak Harmonis Rabu, 25 Agustus 2010 | 19:46 WIB
Berita Kerinci
Aksi saling tangkap, baik oleh pihak Indonesia maupun Malaysia di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepulauan Riau, mengundang tanda tanya besar di benak Ketua MPR Taufik Kiemas. Kiemas menganggap, aksi saling tangkap tersebut menandakan hubungan baik Indonesia dengan Malaysia sekadar isapan jempol.
"Menurut saya, hubungan kita dengan Malaysia tidak baik saat ini. Semestinya, tidak perlu saling menangkap," kata Ketua MPR Taufik Kiemas di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (25/8/2010).
Taufik menjelaskan, kedua pihak bisa saling mengingatkan ketika menyalahi aturan perbatasan. Baik Indonesia maupun Malaysia bisa berkoordinasi di lapangan dengan tidak saling menangkap.
"Kalau ada nelayan Malaysia masuk, kita bisa peringatkan. Kalau diperingatkan tidak mau, baru kita usir," katanya seraya berharap tidak ada kontak senjata dengan pihak Malaysia.
"Hubungan diplomatik ini baik. Visa saja bisa gratis. Kita harus jaga ini, jangan sampai perang. Tapi perbatasan mesti jelas. Kalau tidak, akan terus berlangsung insiden ini," katanya.
Menurut saya, hubungan kita dengan Malaysia tidak baik saat ini. Semestinya, tidak perlu saling menangkap.
-- Taufik Kiemas
PEREMPUAN MELEPAS JILBAB
Berita Kerinci
Buku Psychology of Fashion: Fenomena Perempuan (Melepas) Jilbab yang ditulis psikolog dari Universtas Persada Indonesia, Juneman (27), diluncurkan di Jakarta, Selasa (24/8/2010) sore. Acara peluncuran itu dihadiri mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Prof Dr Meutia Hatta Swasono.
Menurut Juneman, buku tersebut berisi hasil riset kualitas dirinya sebagai peneliti terhadap subyek yang melepas jilbabnya dan lebih menyoroti perempuan yang melepas jilbabnya (setelah sebelumnya mengenakan jilbab) dari perspektif psikososial filosofis, dengan didukung teori psikologi kontemporer.
"Buku ini menghadirkan pergulatan atau dinamika kepercayaan eksistensial muslimah yang melepaskan jilbabnya pada sebelum, sedang, dan sesudah melakukan tindakan itu," katanya.
Dia menambahkan, meskipun tidak berpretensi mewakili seluruh muslimah di Indonesia yang melepas jilbab, buku ini dapat menggugah kearifan masyarakat sebagai pribadi dan ketika dihadapkan pada fenomena ini.
"Buku ini juga mengandung muatan psikologi perkembangan, psikologi perempuan, psikologi spiritual, dan psikologi sosial," ujarnya.
Juneman menegaskan, semua muslimah dalam penelitian di buku tersebut tetap menjadi seorang muslim sampai mereka telah melepaskan jilbabnya saat ini, namun cara mereka menjadi muslim dan lebih khusus cara memakai jilbab dan berjilbab beberapa kali diperdalam, diperluas, dan ditata kembali.
Meutia Hatta Swasono dalam sambutan mengharapkan, kehadiran buku dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk bisa memahami perbedaan dan pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Prof Dr Siti Musdah Mulia, MA, yang menulis kata pengantar dalam buku tersebut mengatakan, buku tersebut menarik untuk dibaca siapa pun yang ingin mendalami jilbab.
Oleh karena itu, katanya, perlu membangun sikap apresiasi terhadap perempuan yang atas kerelaannya sendiri memakai jilbab, sebaliknya juga menghargai mereka yang dengan pilihan melepas jilbabnya.
Ketua LSM Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa (Jejak Jiwa) selaku penyelenggara peluncuran buku itu, dr G Pandu Setiawan, SpKJ mengatakan, Juneman sebagai penulis dan peneliti memiliki kejelian memilih tema yang nilainya jauh lebih penting adalah apabila masyarakat melihat upaya ini sebagai tawaran dialog berkelanjutan.
INVESTASI Asing Makin Getol Tanam Duit di Petrokimia Iran Selasa, 24 Agustus 2010 | 16:53 WIB
Berita Kerinci
Meski dikepung oleh seteru-seterunya, Iran tetap moncer untuk investasi bidang perminyakan, khususnya petrokimia. Warta Mehr pada Selasa (24/8/2010) menunjukkan sudah ada sepuluh investasi luar negeri yang membenamkan duitnya untuk proyek petrokimia. "Nilainya mencapai 5,1 triliun dollar AS," kata Direktur Perusahaan Negara Petrokimia Iran Abdolhossein Bayat.
Menurut Bayat, pihaknya bakal menggelar tiga proyek besar senilai 2,2 triliun dollar AS. "Sekarang dalam proses negosiasi," imbuhnya.
Tahun lalu, kata Bayat, Iran berhasil memproduksi 4,34 juta ton produk petrokimia. Dari jumlah itu 95 persennya dimanfaatkan untuk pembangunan nasional Iran.
WARTAWAN SENIOR DI TEMBAK MATI
Berita Kerinci
Rabu, 25 Agustus 2010 | 20:25 WIB
Ilustrasi
MOGADISHU, Seorang wartawan Somalia tewas dalam baku tembak antara kelompok gerilyawan Islam dan pasukan pemerintah di Mogadishu pada Selasa.
Barkhat Awale, 60, wartawan dan pengelola Radio Hurma, sedang berada di atap kantor stasiun radio itu untuk membantu seorang teknisi menempatkan perlengkapan transmisi secara tepat.
"Tiba-tiba sebutir peluru menembus perutnya. Pertolongan dilakukan namun dia akhirnya tewas," kata Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) yang berpusat di New York.
Rekannya melarikan dia ke rumah sakit Medina tempat ia dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit.
Awale telah bekerja selama 30 tahun sebagai wartawan dan memimpin Radio Hurma, satu stasiun komunitas kecil dalam empat tahun belakangan ini. Radio itu berada di daerah yang dikuasai pemerintah.
"Awale adalah wartawan kedua yang tewas di Somalia tahun ini, setelah pembunuhan wartawan sebuah stasiun Radio Mogadishu Mei lalu," kata CPJ.
Sejak Senin, gerakan Shebaab melancarkan serangan besar-besaran mereka terhadap pasukan pemerintah dan para pendukungnya Uni Afrika di ibu kota Somalia itu.
Sedikitnya 65 warga sipil tewas dalam aksi kekerasan terbaru, sekitar 30 orang dari mereka terjadi dalam serangan di sebuah hotel oleh dua gerilyawan Shebaab.
Langganan:
Postingan (Atom)