
Rabu, 03 November 2010
Perjalanan Haji: Antara Ibadah dan Bisnis

Panglima TNI Baru dan Perang Masa Depan
Petrus Suryadi Sutrisno (P003)Annette Horschman Temukan Cinta Sejati di Danau Toba
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Bob WidyahartonoPerlukah suatu paradigma baru dalam proses pembangunan di Indonesia, atau sudah mantapkah visi yang selama ini dianggap relevan oleh para elite dan polisi maupun praktisi negeri ini?
In Memoriam: Mbah Maridjan, Lelaki Tua dan Alam
Tokoh sentral pergerakan Merapi di bumi Cangkringan kini telah tiada. Kontan saja berita kematian bintang iklan sebuah produk minuman itu menjadi buah bibir di seantero dunia, karena media online manca negara pun menyiarkannya.
Kesederhanaan dan keteguhan sikapnya adalah kenangan umum yang terpatri dalam ingatan banyak orang mengenai Mbah Maridjan. Kedua sisi itu menjadi topik perbincangan yang hangat. Mulai dari rakyat jelata, pesohor sampai pejabat negara dan petinggi partai politik (parpol). Semua ramai-ramai mendeklarasikan kedekatannya dengan almarhum sambil memuji-muji perilakunya. The Old Man on The Sea
Sosok Mbah Marijan mengingatkan saya kepada sikap dan perilaku tokoh utama dalam novel “Lelaki Tua dan Laut” (The Old Man on The Sea) karya sastrawan Amerika Serikat (AS) peraih hadiah Nobel, Ernest Hemingway. ”Manusia hanya bisa dihancurkan, tapi tidak bisa dikalahkan”, tulis Hemingway. Sikap juru kunci Gunung Merapi dari Kinahrejo,Yogyakarta itu, seperti berkelebat dalam bayangan tulisan Hemingway. Dia mampu hidup sederhana dalam keteguhan dan sanggup teguh dalam kesederhanaan. Seperti menyindir perilaku elite pemimpin bangsa dewasa ini, yang juga jadi buah bibir masyarakat justru karena bersikap kebalikan. Nama asli tokoh ini, Mas Penewu Surakso Hargo. Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo,Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, 1927. Lebih terkenal dengan nama Mbah Marijan, meskipun oleh kraton Yogya dia diberi gelar Raden Ngabehi Surakso Hargo. Nama Mbah Marijan itu lebih disukainya. Ada citra ndeso yang tulus memancar dari balik nama itu.
Sebagai tokoh spiritual yang dipercayai sakti, Mbah Marijan konon merasa malu, jika dirinya tercatat sebagai pengungsi saat Merapi baru mulai batuk. Sejarah “percintaanya” yang panjang dengan Merapi demikian mendalam. Baginya mati pun ditangan "sang kekasih” adalah bagian dari tanggung jawab dan keteguhan pendirian. Ketika Merapi mulai melemparkan wedhus gembel (awan panas), dia pun mengungsikan keluarganya. Namun, ia sendiri kembali bertahan dalam dekapan kekasihnya. Bersujud
Mbah Marijan sepanjang hayatnya jauh dari watak duniawi yang gila kuasa, materialistis dan pragmatis. Honor yang diterimanya sebagai pesohor bintang iklan sebuah produk jamu diikhlaskannya digunakan untuk kegiatan sosial, termasuk membangun mesjid di daerahnya.
Yang kemudian banyak dibicarakan orang, jasad Mbah Marijan ditemukan dalam posisi sedang bersujud menghadap kiblat. Seakan penggalan puisi penyair Chairil Anwar mengawal kepergiannya yang khusyuk dalam puisi yang berjudul “Doa”: ”Tuhanku/ Di Pintu-Mu Aku Mengetuk/ Aku Tidak Bisa Berpaling...” Sikap teguh Mbah Marijan berbanding terbalik dengan keadaan sekarang ini. Elite pemimpin kita banjir hujatan dari masyarakat, karena terdeteksi meraih kekuasaan melalui kebohongan. Prof Syafii Ma’rif menyebut pemimpin, seperti itu dengan istilah mati rasa. Dan, masuk akal pula manakala Prof DR KH Din Syamsuddin juga menyerukan agar para elite pemimpin melakukan pertobatan. Teguh
Sungguh banyak goresan dalam hati kita yang ditinggalkan Mbah Marijan. Pengaruh kepergiannya membuka mata hati. Kita tiba-tiba merasa kehilangan sebuah mutiara yang selama ini terbiarkan dalam lumpur. Orang kota nyaris tidak pernah tersentuh hati kecilnya, melihat sosok ndeso itu, yang lebih mencintai kaki Merapi, yang kemudian "memeluk"-nya. Amanat Sri Sultan IX dipegang secara teguh. Susah dan senang disatukannya bersama gunung yang oleh kebanyak orang dinilai berbahaya itu. Mbah Marijan tidak gila hormat, meskipun fotonya di iklan membuatnya sejajar dengan pesohor papan atas. Baju batik sederhana dan peci kumal tidak mengurangi kebersahajaanya sebagai pejuang kemanusiaan. Tiap hari fotonya yang berukuran raksasa tersenyum, berkeliling dibawa bus di sejumlah kota–kota besar.
Tapi, Mbah Marijan tetap adalah dirinya. Meskipun hanya memakai sarung, aura wajah seorang yang berintegritas tercermin jelas di wajahnya. Matanya yang jenaka seakan bersahabat dengan semua ciptaan Tuhan, terutama dengan alam Merapi. Bertanggung jawab di dalam menjalankan amanat adalah kunci konsistensi sikap seorang Mbah Marijan. Nilai intrinsik inilah yang dapat kita petik dari kehidupannya. Kesehariannya mengalirkan pesan, seseorang menjadi mulia di mata orang lain bukan karena besarnya kekuasaan, bukan lantaran jabatan yang dipegangnya atau karena tumpukan kekayaan harta.
Mbah Marijan tidak berhotbah atau kampanye tentang bagaimana caranya menunjukkan nilai-nilai kemuliaan. Dia lebih memilih melakukannya jauh di tempat yang terpencil dari keramaian kota dan sepi dari publikasi media massa.
Sejak berita kepergian menghadap Sang Khalik tersebar hingga ke acara pemakamamnnya, perhatian masyarakat tertuju terus menerus kepadanya. Ribuan orang mengantar ke pemakaman.Mereka memang menimbun sebuah jasad, tapi mereka tidak akan pernah bisa menimbun kebesaran tokoh sederhana itu.
Mbah Marijan memang sudah tiada. Akan tetapi peninggalannya yang mulia adalah ajaran tentang “keteguhan dan kesederhanaan” tidak ikut pergi. Ajaran itu seharusnya direguk oleh semua elite pemimpin bangsa tanpa kecuali. Mbah Marijan memperlihatkan bukti kebesaran, lewat pilihan hidup yang diyakininya. Justru daripadanya –-orang desa tanpa jabatan negara itu-- mengalir deras tetesan ajaran kebajikan. Untuk menghormati Mbah Marijan, maka puisi berjudul "Nisan" karya Chairil Anwar agaknya tepat untuk mengiringi kepergian kemuliaan itu. “Bukan Kematian Benar Menusuk Kalbu/ Kerelaanmu Menerima Segala Tiba…”. Selamat Jalan Mbah Marijan. Kerelaanmu menyentak perasaan bangsa ini yang sedang galau.
Inilah Pesan Ekonomi Lawatan Obama ke Asia
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.Lawatan Presiden Barack Obama ke Asia mendatang akan memfokuskan pada upaya membuka pasar baru untuk produk-produk Amerika demi memperkuat perekonomian negara ini, demikian para pejabat pemerintah Paman Sam seperti dikutip Reuters.
Lanskap Politik Yang Berubah di Amerika Serikat
Presiden AS Barack Obama berpidatoa dalam sebuah reli di Lapangan Vernon, Philadelphia, Minggu (10/10).
Berhemat dengan Biogas WC Umum
Aktivitas Vulkanik Merapi Menurun

Menembus Badai Demi Korban Selamat
Zaman Edan, Zaman Kalatidha
PEMBANGUNAN KERINCI TIDAK SESUAI JANJI KAMPANYE MURASMAN
PENERBANGAN DI KERINCI DALAM KE ADAAN KOMA
BUKTI NYATA FAUZI SIIN MENDUKUNG KANDIDAT DILUAR PUTRA DAERAH YAITU AMITAHER
Madjid Mu'az bersama H. Fauzi Si'in
Madjid Serius Jalin Komunikasi dengan Tokoh-tokoh Kerinci
Mantan Bupati dan Sekda Kerinci Dukung Madjid Mu’az,
Minta Madjid Berpasangan dengan Putra Kerinci
Sungai Penuh, MP OL – Sebelum melaksanakan silaturrahmi dengan masyarakat Kerinci diberbagai Desa dan Kecamatan, Madjid Mu’az menyempatkan diri untuk menyambangi mantan Bupati Kerinci Dua Periode H. Fauzi Si’in di kediamannya baru-baru ini.
Dalam pertemuan singkat tersebut, Madjid Mu’az mengucapkan selamat kepada H. Fauzi Si’in yang dinilainya cukup sukses dan mampu menanamkan cikal bakal pembangunan Kabupaten Kerinci, bahkan Madjid Mu’az menyebutkan bahwa Fauzi Si’in termasuk dalam kategori Bupati yang berhasil dalam dua periode.
Sementara itu, Mantan Bupati Kerinci H. Fauzi Si’in kepada wartawan menyatakan bahwa Madjid adalah teman lamanya, Dirinya menilai bahwa sosok Madjid Mu’az adalah orang yang ramah, mudah bergaul, tidak pernah marah atau menyinggung yang lain dan ini semua karena sifatnya yang pandai membawa diri.
“Pak Madjid adalah teman lama saya, dia orangnya pintar, ramah, mudah bergaul, pandai membawa diri, setiap ada masalah dalam pemerintahan atau apapun selalu dihadapi dengan tenang dan tidak pernah menyinggung perasaan yang lainnya”. Ungkap Fauzi.
Dilanjutkannya, Masyarakat Kerinci bertekad agar tahun 2010 ini mereka mempunyai wakil di Propinsi, minimal orang nomor dua (Wagub), sebab, permasalahan Kerinci tidak akan pernah selesai atau tuntas jika hanya melibatkan Kabupaten Kerinci atau Kota Sungai Penuh Saja, Propinsi juga punya peranan penting dan sangat menentukan, jangan hanya menyalahkan Kerinci saja jika ada masalah”. Kata Fauzi.
Kemudian ketika ditanya mengenai dukungan untuk Madjid, Fauzi Si’in menyebutkan, “Saya sendiri secara pribadi mendukung Pak Madjid untuk menjadi Gubernur 2010 nanti, dan saya sangat mengharapkan kalau Beliau (Madjid. Red) bisa mengambil pasangan orang Kerinci, akan tetapi siapa orangnya itu terserah sama Pak Madjid, Kalau saya sendiri untuk saat ini sudah pensiun dan ingin beristirahat”. Ungkap Fauzi Siin mengakhiri.
Dilain tempat, Mantan Sekda Kerinci Ir. H. Zubir Mukhtar pada saat silaturrahmi Madjid Mu’az dengan masyarakat Tanah Kampung menyebutkan bahwa dirinya cukup dekat dan pernah bekerja sama cukup lama dengan Madjid Mu’az.
Diungkapnya dihadapan ratusan masyarakat Kecamatan Tanah Kampung,”Madjid Mu’az sudah selayaknya kita dukung, Beliau adalah seorang pemimpin yang komplit, dalam jiwanya tertanam sifat pemimpin yang agamis, itulah yang sulit kita temui sekarang ini, yaitu Pemimpin (Birokrat) yang sekaligus juga ulama”.
Selain itu, Kata Zubir, Dalam meletakkan suatu kebijakan pemerintahan, beliau tidak pernah memandang bulu atau Suku, siapa yang dinilai mampu itulah yang dipakai, dan Saya secara Pribadi menghimbau masyarakat Kerinci agar bisa membantu Beliau pada Pilgub 2010 nanti, mudah-mudahan Beliau diizinkan Allah SWT untuk berpasangan dengan Putra terbaik Kerinci”. Pungkas Zubir yang disambut tepuk tangan hadirin.
Informasi terakhir yang berhasil dihimpun Merdeka Post dari sumber yang layak dipercaya pasca kunjungan Madjid Mu’az ke 15 Kecamatan di Kabupaten Kerinci, bahwa Madjid Mu’az sedang menjalin komunikasi serius dengan beberapa mantan pejabat Kerinci dan tokoh Kerinci yang mempunyai pengaruh yang cukup signifikan baik yang berada di Kerinci maupun yang berada diluar daerah sebut saja H. Hasani Hamid, Ir. Ami Taher, Dahnil Miftah, Nuzran Joher, Herman Mukhtar, Maridin Jamil, Ir. Rafli Nur, Hal ini menambah kuat dugaan dan kemungkinan bahwa Madjid kelihatannya serius untuk berpasangan dengan salah satu diantara putra terbaik Kerinci.
Sebagaimana pernah diungkapkan Madjid dihadapan ratusan Tim Sukses dan Relawannya untuk Kabupaten Kerinci baru-baru ini, “ Insya Allah Saya Siap berpasangan dengan putra terbaik Kerinci, hanya yang diataslah yang menentukan siapa jodoh atau pasangan Saya nantinya, Saya akan sangat bersyukur jika dizinkan berpasangan dengan putra Kerinci “ Ungkap Bupati Kharismatik ini.
MURASMAN NGOTOT AGAR ORANG SULAK PERAMBAH TNKS DI BEBASKAN
SUNGAIPENUH - Bupati Kerinci, H Murasman, minta 8 orang warga Siulak, Kerinci, Jambi, yang ditangkap polisi hutan (polhut) dan Polres Kerinci, di kawasan Gunung Tujuh, Minggu lalu, dibebaskan. Namun permintaan itu ditolak Kasi Pengamanan Wilayah I TNKS, Junaidi.
Junaidi tetap akan memproses perambah hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) tersebut, meskipun ia ditelepon langsung oleh Bupati Murasman melalui ponsel Camat Gunung Tujuh, Samsuar. Ia tidak bisa menerima begitu saja permintaan bupati.
Junaidi menceritakan, Minggu dini hari lalu Camat Gunung Tujuh, Kepala Desa Pelompek dan Jernih Jaya dan seorang staf Kecamatan Camat Gunung Tujuh datang ke rumahnya, minta agar tahanan yang dititipkan di Polres Kerinci dibebaskan. “Jangan bicara UU, ini soal hati nurani. Itu kerja kalian menangkap orang,” ujar Junaidi meniru ucapan bupati.
Menurut Junaidi, ia sempat dimarahi, bahkan diancam Bupati Murasman. Jika tidak melepaskan warga Siulak yang ditahan, akan turun 7 truk dari Pelompek. Tapi Junaidi tetap bersikeras tidak mau melepaskan para tahanannya. “Saya tidak bisa mengambil keputusan, karena saya juga punya atasan,” ungkapnya. Dalam sebuah pertemuan, atasan Junaidi pada prinsipnya setuju para tahanan dibebaskan dengan beberapa syarat. Namun para tahanan tidak menyanggupinya. Persyaratan diajukan karena selama warga tidak jera-jera merambah hutan TNKS. Bupati Kerinci melalui Kabag Humas, Amri Swarta, membantah bupati mengintervensi pembebasan 8 tersangka kasus prambahan hutan TNKS. Menurutnya, Pemkab Kerinci tetap konsisten menjaga dan melestarikan kawasan TNKS. “Siapapun yang merusak kawasan TNKS dapat dijerat dengan UU Nomor 41 Tahun 1999. Ancaman hukumannya 10 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar.
