Mari kita awali sekarang ini juga bahwa kini bukan masanya menggelar perayaaan. Ini adalah waktu untuk menyingsingkan lengan baju dan bekerja," kata Ketua Minoritas DPR AS (Ketua Fraksi Republik), John A. Boehner (Republiken Ohio), sesaat setelah Republik mengungguli Demokrat pada pemilu legislatif sela, Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB.
Pada 2006, penguasa kedua majelis di Kongres (Senat dan DPR) berpindah tangan dari Republik kepada Demokrat.
Dua tahun kemudian, pada 2008, penguasa Gedung Putih berganti (dari George Bush yang Republik kepada Barack Obama dari Demokrat).
Tahun ini, Partai Republik yang di AS diakrabi dengan "GOP" (Grand Old Party), giliran memenangkan kursi mayoritas legilatif.
Status sedang berkuasa (incumbency) tidak lagi menjamin menang pada pemilu sela, khususnya di daerah-daerah di mana marjin suara antara kedua partai begitu tipis.
Yang terpukul paling berat oleh pemilu sela itu adalah anggota Demokrat yang baru pada masa jabatan pertama dan kedua di DPR. Terlebih, pada pemilu dan pemilu sela dua dan empat tahun lalu mereka menang yang kemudian ditafsirkan sebagai tanda lahirnya era baru Demokrat.
Pembalikan keadaan yang demikian cepat itu, khususnya di DPR, adalah fenomena yang relatif baru dalam sejarah politik modern AS.
Demokrat memerlukan masa empat dekade untuk memenangkan suara publik guna menyingkirkan Newt Gingrich (Republiken Georgia) dan para koleganya dari kubu konservatif Republik pada 1994.
Hampir 12 tahun setelah itu, Demokrat berhasil menguasai legislatif. Tapi kini, hanya empat tahun dari masa itu, Republik berhasil merampas lagi penguasaan legislatif itu.
Para pemilih, kata pemilih Republik bernama Bill MacInturff, "akan terus mencampakkan orang-orang (legislatif) sampai mereka berbuat benar."
Kongres tak pernah menjadi lembaga yang populer, namun orang Amerika umumnya memiliki pandangannya sendiri terhadap wakil mereka di DPR.
Tetapi status tersebut tidak lagi seperti itu. Tiga pemilu terakhir telah menciptakan semacam pergolakan hebat di Kongres yang tidak pernah terlihat pada lebih dari setengah abad terakhir.
Republik yang merasa hasil pemilu sela yang juga mengantarkan mereka menguasai Senat dan komposisi politik di negara bagian, juga tak bisa senang berlebihan, karena pemilih sebenarnya tidak terlalu tinggi menaruh kepercayaannya kepada partai ini.
"Pemilu ini bukan rangkulan untuk Partai Republik, tapi kesempatan kedua," kata senator terpilih dari Florida yang sempat menjadi favorit "Partai Teh", Marco Rubio.
Pemilu sela ini tidak lebih dari mandat untuk Partai Republik, ketimbang rem terhadap pemerintahan Obama.
Sejarah mutakhir menunjukkan bahwa bagi Republik, risiko melewati batas setidaknya sama besarnya dengan tak cukup berbuat apa-apa.
Gingrich tahu benar soal ini. Saat itu, Republik berkeras menentang pemerintah dengan menghentikan pembahasan anggaran yang buntu dengan (Presiden) Bill Clinton.
Akibatnya, sikap keras kepala Republik itu malah menjadi awal kebangkitan kembali Clinton dan Partai Demokrat.
Pada dua tahun berikutnya, ujian untuk kedua partai akan berupa bagaimana mereka menangani upaya pemulihan ekonomi nasional.
Kendati ekonomi menjadi keprihatinan utama para pemilih, pemerintahan Obama telah menginvestasikan energi sangat besar --termauk modal politiknya-- untuk mereformasi sistem pelayanan kesehatan, sehingga gagal meloloskan legislasi perubahan iklim dan memenangkan pergulatan dengan krisis-krisis seperti tumpahan minyak di Teluk Meksiko.
Pengalihan-pengalihan seperti itu sangat merugikan Demokrat.
Jajak pendapat sebelum pemilu sela menunjukkan bahwa para pemilih yang mengkhawatirkan perekonomian AS adalah mereka yang menyeberang ke Republik di pemilu sela.
Meskipun Demokrat meyakinkan rakyat bahwa "bailout" sistem keuangan dan paket stimulus ekonomi untuk mencegah bencana yang lebih dahsyat, hasil pemilu justru menjadi bukti bahwa Demokrat tak bisa meyakinkan pemilihnya.
Pemerintahan --khususnya dalam menciptakan konsensus dalam soal-soal pelik dan rumit-- yang susah payang berdiri dan membutuhkan kesalingpercayaan yang tinggi dari kedua partai, tak akan pulih dalam waktu dekat ini.
Kaukus Demokrat yang akan kembali ke Capitol Hill (gedung wakil rakyat AS) Januari nanti tampaknya akan lebih liberal dibandingkan sebelumnya, setelah sejumlah anggotanya yang paling moderat dan konservatif tersingkir dari arena melalui pemilu sela Selasa itu.
Di mata "partai teh" (gerakan protes anti kemapanan dan partai-partai konvensional), Republik mesti bergulat dengan kekuatan politik baru yang memandang kompromi sebagai masalah, bukan sebagai solusi.
Khususnya ketika membahas soal belanja negara, kata teraman untuk Republik adalah "tidak", atau menghadapi risiko pembalikan seperti terjadi di wilayah-wilayah seperti Alaska, Delaware, Kentucky dan Utah.
Tantangan lainnya untuk kedua partai adalah sekalipun pemilih menuntut solusi, mereka merasa makin skeptis terhadap peran dan kemampuan pemerintah.
Ketika Obama terpilih, mayoritas pemilih sebelum pemilu diadakan, mengatakan dalam jajak pendapat bahwa pemerintah seharusnya berbuat lebih banyak dalam mengatasi masalah mereka.
Namun kebanyakan orang dalam jajak pendapat terakhir yang diadakan Washington Post dan ABC News justru mengaku menginginkan pemerintahan yang lebih ramping, tetapi fokus.
Kini muncul keyakinan kuat dari Republik bahwa Obama akan lebih rentan pada 2012. Itu artinya kampanye pemilihan presiden akan langsung diawali oleh retorika-retorika keras dan kedua partai pun akan lebih fokus bertarung habis-habisan ketimbang mencari tempat di mana mereka bisa membangun kesepakatan.
Dalam pesan email terakhirnya kepada para pendukungnya, Presiden Obama kembali menandaskan bahwa pemerintahannya telah mewujudkan janji-janjinya dan memohon kepada mereka untuk memberi mereka waktu lebih agar kebijakan-kebijakannya bekerja.
"Gerakan (perubahan) ini tidak hanya mengenai satu pemilu. Ini adalah mengenai membangun gerakan untuk perubahan yang tahan lama. Ini mengenai pemahaman bahwa di Amerika, apapun mungkin jika kita mau bekerja dan berjuang untuk itu. Dan yang terpenting, meyakini hal itu," tulis Obama.
Namun dia juga mengisyaratkan bahwa Demokrat telah dihukum dan akan bangkit dengan "siap fokus menjaga negeri ini tetap bergerak maju. Itu adalah seruan yang membutuhkan kesabaran dan kerendahan hati."
Obama dijadwalkan menggelar konferensi pers dalam upaya mendapatkan lagi kendali politiknya di satu kota di mana lanskap politiknya berubah.
Pada 1995, setelah Demokrat kalah baik di DPR maupun Senat, Clinton menghadapi masalah serupa ini. Dia telah mengurangi ketertekanan itu dengan menyatakan bahwa dia masih relevan untuk Amerika.
Obama belum sampai ke titik itu. Namun masa penuh agenda legislasinya yang ambisius dengan basis pemilih Demokrat yang kuat, telah berakhir.
Harapan terakhirnya kini adalah meyakinkan Republik bahwa dia kini mau berbagi tanggung jawab dalam memerintah Amerika. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar