BERITA KERINCI
Sebanyak 38 desa yang ada di Kabupaten Kerinci, layak dimekarkan. Jumlah tersebut merupakan hasil penyeleksian administrasi dari 81 desa yang mengajukan permohonan pemekaran desa.
Bupati Kerinci, H Murasman, melalui Kabag Pemerintahan Desa, Julizarman, saat dikonfirmasi mengakui hal tersebut. Ia mengatakan, awalnya ada 81 desa yang memasukkan bahan, setelah melalui seleksi tahap pertama yang lulus hanya tinggal 71 desa.
"Setelah melalui berbagai tahapan seleksi (lanjutan), akhirnya hanya tinggal 38 desa yang akan dimekarkan. Sebihnya dianggap tidak memenuhi kriteria pemekaran," ujar Julizarman, kepada Tribun, kemarin.
Menurut Julizarman, berkurangnya jumlah desa yang akan dimekarkan, setelah melalui seleksi ketat di statistik. Pada tahap tersebut, nama-nama warga yang sudah didaftarkan didata ulang. Akhirnya diketahui desa yang memberikan data sesuai fakta dan yang hanya memanipulasi.
"Di statistik, nama-nama warga disesuaikan dengan data yang sebenarnya. Sehingga, desa yang tidak memenuhi persyaratan jumlah penduduk dan menggunakan data palsu bisa ketahuan," katanya.
Banyaknya desa yang lolos merupakan jumlah ideal untuk dilakukan pemekaran desa, sesuai dengan dana yang dimiliki Pemkab Kerinci. Pemkab harus menyediakan minimal Rp 100 juta untuk pemekaran satu desa.
"Kalau kita mekarkan terlalu banyak, dananya mau dari mana. Desa yang baru dimekarkan ADD-nya tidak langsung dianggarkan oleh pemerintah pusat, sehingga harus secara bertahap." tambah Kabag Pemdes ini.
Saat ini sebutnya, nama-nama desa yang akan dimekarkan sudah masuk ke DPRD, untuk segera ditetapkan menjadi desa pemekaran. "Ranperda pemekaran sudah masuk ke DPRD, termasuk nama-nama desa yang akan dimekarkan," tegasnya.
Dia mengatakan, rencana pemekaran tersebut sudah mewakili semua kecamatan di Kerinci. Sebanyak 38 desa pemekaran tersebut berasal dari 36 desa induk. "Beberapa desa kemungkinan besar akan dimekarkan menjadi tiga desa, tergantung luas wilayah dan potensi di desa tersebut," imbunya.
Untuk informasi, ada beberapa kriteria penilaian yang harus dimiliki oleh desa yang akan dimekarkan, di antaranya memiliki 200 kepala keluarga atau 1000 jiwa. Jumlah tersebut baik di desa yang baru dimekarkan maupun bagi desa induk yang ditinggalkan.
"Selain itu, desa yang akan dimekarkan harus memiliki infrastruktur yang lengkap, di antaranya masjid, dan bangunan sekolah. Persyaratan lainnya adalah jarak desa pemekaran dengan desa induk yang jauh, sehingga menyulitkan warga jika tidak dimekarkan," ungkapnya.(eja)
Tiga Desa Digabungkan
Selain adanya wacana pemekaran desa, ada juga rencana penggabungan desa. Bagi desa yang sudah terlanjur dimekarkan namun tidak memenuhi syarat, maka akan digabungkan dengan desa terdekat.
"Dari hasil survei yang kami lakukan, ada sekitar tiga desa yang dinilai tidak layak. Tidak layaknya tiga desa tersebut, karena jumlah warganya tidak lagi memenuhi 1.000 jiwa, sehingga harus bergabung dengan desa lainnya," kata Julizarman. (eja)
Kamis, 11 November 2010
RAHMAN TUDUH ANGGOTA DEWAN KURANG SEHAT
BERITA KERINCI
Wakil Bupati Kerinci, M Rahman mengecam Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Kerinci, yang selalu menyalahkan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mayjend HA Thalib. Rahman menganggap anggota dewan kurang sehat.
"Kita menginginkan pelayanan yang prima dari rumah sakit, namun dana yang kita berikan tidak setimpal dengan apa yang sudah mereka lakukan. Kalau ada anggota dewan yang tetap menyalahkan hal tersebut berarti sudah tidak sehat lagi," ujar M Rahman Kepada Tribun, Sabtu (7/11).
Menurut Rahman, untuk memberikan pelayanan yang bagus, pemerintah juga harus menyediakan anggaran yang bagus pula. Jangan sampai anggaran yang diajukan oleh rumah sakit selalu dipangkas dalam rapat anggaran dan ujung-ujungnya pelayanan yang disalahkan.
"Pelayanan yang sudah diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien, saya kira sudah sangat wajar. Sesuai dengan anggaran dana yang disetujui oleh DPRD," kata Rahman.
Dia meminta agar Dewan maklum jika ada pelayanan kesehatan yang terlambat. Rahman meminta itu karena hanya satu dokter yang menangani masing-masing bidang. "Sementara pasien menginginkan pelayanan secepat mungkin," jelas Rahman, usai melakukan sidak di rumah sakit.
Agar tak adalah masalah-masalah dalam pelayanan di rumah sakit, dia berharap ada perhatian lebih uke depannya. Insentif dokter ataupun dana-dana lainnya harus ditingkatkan. "Saat ini, jangankan perhatian terhadap dokter, pegawai honorpun kurang diperhatikan. Wajar saja banyak dokter yang tidak mau dinas di Kerinci," tegasnya.
Selain itu, Wakil Bupati Kerinci menolak jika rumah sakit dijadikan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Ia menyebutkan, rumah sakit merupakan pelayanan sosial kepada masyarakat, sehingga jangan sampai membebani masyarakat. Apalagi jika dijadikan tempat mencari proyek.
"Jika rumah sakit dijadikan sumber PAD, ditakutkan nantinya akan memberatkan masyarakat dengan tarif yang mahal untuk mengejar setoran ke kas daerah. Kalau seperti itu, saya tidak setuju. Rumah sakit juga bukan tempat mencari proyek," tegasnya.
Direktur Rumah Sakit Umum Mayjen HA Thalib, Arman, yang diwakili oleh Dr Ikhwan, membenarkan kecilnya insentif dokter di Kabupaten Kerinci. "Kita bersyukur teman-teman dokter tidak terlalu mempersoalkan hal itu," ungkapnya.
Jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten tetangga, misalnya di Nutuna, tunjangan dokter mencapai Rp 30 juta per bulan. Kalau perbandingan terdekat dengan Kabupaten Sarolangun, yang tunjangannya mencapai Rp 10 juta per bulan, ditambah dengan satu mobil Terios.
"Sementara di Kerinci, tunjangan untuk dokter spesialis hanya Rp 7 juta per bulan. Namun mereka tetap memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan mereka," tegas Ikhwan.
Meskipun anggarannya terbatas, pihak rumah sakit selalu melakukan upaya untuk menambah tenaga kesehatan. "Mulai saat ini, setiap hari Sabtu sudah ada dokter THT yang didatangkan dari Padang," sebutnya lagi.
Ditanya adanya soal pemangkasan anggaran di dewan, Ikhwan menolak memberikan komentar. "Kalau itu tanya langsung kepada direktur karena hal tersebut bukan wewenang saya," jelasnya.
Sebelumnya, pihak DPRD Kerinci pernah menyoroti kinerja rumah sakit, yang dianggap tidak menjalankan tugas dengan baik. Untuk informasi, RSUD Mayjend HA Thalib, merupakan salah satu penyumbang PAD terbesar. Rumah sakit tersebut menyumbang sekitar Rp 10 miliar per tahunnya.
Wakil Bupati Kerinci, M Rahman mengecam Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Kerinci, yang selalu menyalahkan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mayjend HA Thalib. Rahman menganggap anggota dewan kurang sehat.
"Kita menginginkan pelayanan yang prima dari rumah sakit, namun dana yang kita berikan tidak setimpal dengan apa yang sudah mereka lakukan. Kalau ada anggota dewan yang tetap menyalahkan hal tersebut berarti sudah tidak sehat lagi," ujar M Rahman Kepada Tribun, Sabtu (7/11).
Menurut Rahman, untuk memberikan pelayanan yang bagus, pemerintah juga harus menyediakan anggaran yang bagus pula. Jangan sampai anggaran yang diajukan oleh rumah sakit selalu dipangkas dalam rapat anggaran dan ujung-ujungnya pelayanan yang disalahkan.
"Pelayanan yang sudah diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien, saya kira sudah sangat wajar. Sesuai dengan anggaran dana yang disetujui oleh DPRD," kata Rahman.
Dia meminta agar Dewan maklum jika ada pelayanan kesehatan yang terlambat. Rahman meminta itu karena hanya satu dokter yang menangani masing-masing bidang. "Sementara pasien menginginkan pelayanan secepat mungkin," jelas Rahman, usai melakukan sidak di rumah sakit.
Agar tak adalah masalah-masalah dalam pelayanan di rumah sakit, dia berharap ada perhatian lebih uke depannya. Insentif dokter ataupun dana-dana lainnya harus ditingkatkan. "Saat ini, jangankan perhatian terhadap dokter, pegawai honorpun kurang diperhatikan. Wajar saja banyak dokter yang tidak mau dinas di Kerinci," tegasnya.
Selain itu, Wakil Bupati Kerinci menolak jika rumah sakit dijadikan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Ia menyebutkan, rumah sakit merupakan pelayanan sosial kepada masyarakat, sehingga jangan sampai membebani masyarakat. Apalagi jika dijadikan tempat mencari proyek.
"Jika rumah sakit dijadikan sumber PAD, ditakutkan nantinya akan memberatkan masyarakat dengan tarif yang mahal untuk mengejar setoran ke kas daerah. Kalau seperti itu, saya tidak setuju. Rumah sakit juga bukan tempat mencari proyek," tegasnya.
Direktur Rumah Sakit Umum Mayjen HA Thalib, Arman, yang diwakili oleh Dr Ikhwan, membenarkan kecilnya insentif dokter di Kabupaten Kerinci. "Kita bersyukur teman-teman dokter tidak terlalu mempersoalkan hal itu," ungkapnya.
Jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten tetangga, misalnya di Nutuna, tunjangan dokter mencapai Rp 30 juta per bulan. Kalau perbandingan terdekat dengan Kabupaten Sarolangun, yang tunjangannya mencapai Rp 10 juta per bulan, ditambah dengan satu mobil Terios.
"Sementara di Kerinci, tunjangan untuk dokter spesialis hanya Rp 7 juta per bulan. Namun mereka tetap memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan mereka," tegas Ikhwan.
Meskipun anggarannya terbatas, pihak rumah sakit selalu melakukan upaya untuk menambah tenaga kesehatan. "Mulai saat ini, setiap hari Sabtu sudah ada dokter THT yang didatangkan dari Padang," sebutnya lagi.
Ditanya adanya soal pemangkasan anggaran di dewan, Ikhwan menolak memberikan komentar. "Kalau itu tanya langsung kepada direktur karena hal tersebut bukan wewenang saya," jelasnya.
Sebelumnya, pihak DPRD Kerinci pernah menyoroti kinerja rumah sakit, yang dianggap tidak menjalankan tugas dengan baik. Untuk informasi, RSUD Mayjend HA Thalib, merupakan salah satu penyumbang PAD terbesar. Rumah sakit tersebut menyumbang sekitar Rp 10 miliar per tahunnya.
MAU PELESIRAN DI DUGA MAU CULIK ANAK
BERITA KERINCI
Desa Kotosalak, Danau Kerinci, Selasa (9/11) malam mencekam. Ribuan orang mengepung rumah Kepala Desa, Ardi. Di dalam rumah itu, Ardi mengamankan tiga orang yang dikejar-kejar massa dua desa di dua kecamatan yang tengah heboh dengan kabar penculikan terhadap anak-anak.
Malam tadi, pukul 19.30, warga Desa Bunga Tanjung, Sitinjau Laut, mendengar teriakan seorang perempuan yang dibonceng dua laki-laki dengan sepeda motor. Teriakan ini memantik kecurigaan warga yang sedang heboh soal penculikan.
Tanpa pikir panjang, meski belum tentu itu aksi penculikan, warga dari berbagai penjuru mengejar sepeda motor tersebut. Setelah setengah jam memburu, akhirnya tiga orang itu, Hermansyah, Wulandari dan Niki Febrianto tertangkap di Desa Kotosalak.
Karena heboh, Kepala Desa Ardi keluar dan berinisiatif mengamankan ketiga orang itu. Ketiganya dibawa ke rumah Ardi. Namun massa semakin banyak dan tambah emosi. Rumah Ardi sempat digedor-gedor. Beruntung warga sempat bisa ditenangkan.
Namun lagi-lagi warga kembali emosi. Bahkan ada yang mulai melempar atap rumah Ardi.
Bahkan sepeda motor korban dibakar massa. Untuk mencegah aksi anarkis, Ardi mengontak aparat. Dan akhirnya sejumlah personel dari Polsek Sitinjau Laut dan Danau Kerinci Datang.
Ternyata, aparat dari Polsek tetap tak mampu mengatasi emosi warga. Aksi teriak, melempari rumah sang kepala desa pun terjadi lagi. Tak kuasa membendung emosi warga, akhirnya pasukan dari Polres Kerinci, dipimpin langsung Kapolres AKBP Hasto Raharjo datang ke rumah Ardi.
Tiba-tiba listrik di kawasan itu, sekitar pukul 22.45 WIB, padam. Tak pelak, massa tambah emosi. Beruntung Hasto dan anak buahnya berhasil meredakan emosi itu. Dan dengan dikawal 15 polisi lengkap dengan tameng dan helm, ketiga orang itu dievakuasi ke mobil polisi untuk dibawa ke Mapolres.
Saat dibawa itu, ada saja warga yang melempar sesuatu dan mencoba menerobos memukul tiga orang tersebut. Polisi sigap, dan berhasil membawa ketiga orang itu ke Mapolres. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan awal, terungkap Hermansyah, Wulandari dan Niki saling kenal. Mereka bermaksud ke Danau untuk rileks. Namun teriakan dan canda Wulan dari atas motor membuat warga sekitar menduga Wulan korban penculikan.
Desa Kotosalak, Danau Kerinci, Selasa (9/11) malam mencekam. Ribuan orang mengepung rumah Kepala Desa, Ardi. Di dalam rumah itu, Ardi mengamankan tiga orang yang dikejar-kejar massa dua desa di dua kecamatan yang tengah heboh dengan kabar penculikan terhadap anak-anak.
Malam tadi, pukul 19.30, warga Desa Bunga Tanjung, Sitinjau Laut, mendengar teriakan seorang perempuan yang dibonceng dua laki-laki dengan sepeda motor. Teriakan ini memantik kecurigaan warga yang sedang heboh soal penculikan.
Tanpa pikir panjang, meski belum tentu itu aksi penculikan, warga dari berbagai penjuru mengejar sepeda motor tersebut. Setelah setengah jam memburu, akhirnya tiga orang itu, Hermansyah, Wulandari dan Niki Febrianto tertangkap di Desa Kotosalak.
Karena heboh, Kepala Desa Ardi keluar dan berinisiatif mengamankan ketiga orang itu. Ketiganya dibawa ke rumah Ardi. Namun massa semakin banyak dan tambah emosi. Rumah Ardi sempat digedor-gedor. Beruntung warga sempat bisa ditenangkan.
Namun lagi-lagi warga kembali emosi. Bahkan ada yang mulai melempar atap rumah Ardi.
Bahkan sepeda motor korban dibakar massa. Untuk mencegah aksi anarkis, Ardi mengontak aparat. Dan akhirnya sejumlah personel dari Polsek Sitinjau Laut dan Danau Kerinci Datang.
Ternyata, aparat dari Polsek tetap tak mampu mengatasi emosi warga. Aksi teriak, melempari rumah sang kepala desa pun terjadi lagi. Tak kuasa membendung emosi warga, akhirnya pasukan dari Polres Kerinci, dipimpin langsung Kapolres AKBP Hasto Raharjo datang ke rumah Ardi.
Tiba-tiba listrik di kawasan itu, sekitar pukul 22.45 WIB, padam. Tak pelak, massa tambah emosi. Beruntung Hasto dan anak buahnya berhasil meredakan emosi itu. Dan dengan dikawal 15 polisi lengkap dengan tameng dan helm, ketiga orang itu dievakuasi ke mobil polisi untuk dibawa ke Mapolres.
Saat dibawa itu, ada saja warga yang melempar sesuatu dan mencoba menerobos memukul tiga orang tersebut. Polisi sigap, dan berhasil membawa ketiga orang itu ke Mapolres. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan awal, terungkap Hermansyah, Wulandari dan Niki saling kenal. Mereka bermaksud ke Danau untuk rileks. Namun teriakan dan canda Wulan dari atas motor membuat warga sekitar menduga Wulan korban penculikan.
TIGA KORBAN AMUK MASSA DI DUGA PENCULIK ANAK
BERITA KERINCI
Tiga remaja yang menjadi korban amuk massa di Desa Koto
Salah, Kecamatan Danau Kerinci, karena diduga merupakan pelaku penculikan anak,
Rabu (10/11) kemarin, masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Kerinci.
Ketiga remaja tersebut adalah Niki Febrianto Bin Yuliansyah (20) warga Rt 2 Desa
Semerap, yang bekerja sebagai satpol PP Kota Sungai Penuh, Hermansyah Bin
Darusalam (25) warga Rt 1 Desa Semerap, dan Sri Wulandari Binti Suryanto (16)
warga Rt 1 Sungai Penuh.
Kapolres Kerinci, AKBP Hasto Raharjo, melalui Kasubbag Humas, IPDA Nuriswan,
saat dikonfirmasi mengatakan saat ini ketiganya masih dimintai keterangan oleh
petugas. “Ya, hingga saat ini petugas masih mengorek keterangan dari tiga orang
tersebut,” ujar Nuriswan, saat dikonfirmasi Tribun.
Menurut Nuriswan, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan petugas, sampai saat ini
belum ada informasi yang mengarah pada tindakan penculikan anak, seperti yang
beredar dikalangan masyarakat saat ini.
“Apa yang dituduhkan warga terhadap ketiganya hingga saat ini belum terbukti.
Selain meminta keterangan kepada ketiga orang tersebut, petugas juga sudah
meminta keterangan Kepala Desa Koto Salak, yang mengamankan terduga dari amukan
massa,” katanya.
Tiga remaja yang menjadi korban amuk massa di Desa Koto
Salah, Kecamatan Danau Kerinci, karena diduga merupakan pelaku penculikan anak,
Rabu (10/11) kemarin, masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Kerinci.
Ketiga remaja tersebut adalah Niki Febrianto Bin Yuliansyah (20) warga Rt 2 Desa
Semerap, yang bekerja sebagai satpol PP Kota Sungai Penuh, Hermansyah Bin
Darusalam (25) warga Rt 1 Desa Semerap, dan Sri Wulandari Binti Suryanto (16)
warga Rt 1 Sungai Penuh.
Kapolres Kerinci, AKBP Hasto Raharjo, melalui Kasubbag Humas, IPDA Nuriswan,
saat dikonfirmasi mengatakan saat ini ketiganya masih dimintai keterangan oleh
petugas. “Ya, hingga saat ini petugas masih mengorek keterangan dari tiga orang
tersebut,” ujar Nuriswan, saat dikonfirmasi Tribun.
Menurut Nuriswan, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan petugas, sampai saat ini
belum ada informasi yang mengarah pada tindakan penculikan anak, seperti yang
beredar dikalangan masyarakat saat ini.
“Apa yang dituduhkan warga terhadap ketiganya hingga saat ini belum terbukti.
Selain meminta keterangan kepada ketiga orang tersebut, petugas juga sudah
meminta keterangan Kepala Desa Koto Salak, yang mengamankan terduga dari amukan
massa,” katanya.
Langganan:
Postingan (Atom)