Rabu, 01 September 2010
Pangan FAO: Gandum Picu Lonjakan Harga Pangan Kamis, 2 September 2010 | 10:09 WIB
Berita Kerinci
Kenaikan harga gandum mengakibatkan lonjakan bulanan terbesar harga pangan pada Agustus sejak November 2009, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan di Roma, Rabu (1/9/2010) waktu setempat.
Indeks harga pangan FAO pada Agustus mencapai tingkat tertinggi sejak September 2008, meningkat sebesar lima persen menjadi rata-rata 176 poin, FAO mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Kenaikan mencerminkan kenaikan tajam tiba-tiba dalam harga gandum internasional menyusul kekeringan di Federasi Rusia dan berikutnya pembatasan penjualan gandum negara itu," kata pernyataan itu.
FAO menambahkan, pendorong lain termasuk kenaikan harga gula dan harga minyak mentah. FAO memperkirakan bahwa meskipun ada gangguan tersebut, tanaman gandum tahun ini akan menjadi yang tertinggi ketiga selama ini pada 646 juta ton, turun lima persen dari 2009.
Rusia melihat 10 juta hektar (25 juta are), atau seperempat dari tanah suburnya hancur dalam kekeringan terburuk dalam catatan musim panas ini.
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengejutkan pasar dengan mengumumkan bahwa mulai dari 15 Agustus, Rusia akan melarang ekspor gandum untuk menjaga penurunan harga di dalam negeri dan memastikan ada cukup pakan gandum untuk kawanan ternak tersebut.
Ia juga memangkas perkiraan panen gandum untuk Rusia, salah satu produsen utama gandum dunia, mengatakan akan menghasilkan 10 juta ton kurang dari yang direncanakan pada 60-65 juta ton.
Kembali Perkasa, Rupiah di Bawah 9.000 Kamis, 2 September 2010 | 10:41 WIB
Berita Kerinci
Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis (2/9/2010) pagi menguat menembus angka Rp 9.000 per dollar AS, karena pelaku aktif membeli rupiah.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat 32 poin menjadi Rp 8.998-Rp 9.008 per dollar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.030-Rp 9.040.
Dirut Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta mengatakan, kenaikan rupiah itu dipicu membaiknya laju inflasi Agustus 2010 yang di luar perkiraan semula.
Laju inflasi Agustus 2010 masih di bawah angka 1 persen hanya 0,76 persen. Faktor utama penyumbang inflasi Agustus 2010, menurut dia adalah kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang memberi andil terbesar.
"Kami memperkirakan rupiah masih akan bergerak naik lagi, karena pelaku pasar sangat antusias menyambut laju inflasi Agustus 2010 yang masih di bawah angka satu persen," ucapnya.
Ia mengatakan, pelaku pasar aktif membeli rupiah, setelah dua pekan lalu terpuruk hingga jauh di atas Rp 9.000 per dollar. "Meski demikian, Bank Indonesia (BI) tetap berada di pasar menjaga kenaikan rupiah agar tidak terlalu cepat," katanya.
Menurut dia, kenaikan rupiah kemungkinan bertahan lama terjadi dalam satu dua hari saja, apabila tidak ada faktor positif lain dari eksternal kemungkinan akan kembali terkoreksi.
"Namun Indonesia dinilai masih merupakan pasar potensial untuk melakukan investasi, karena itu investor akan tetap berada di pasar menempatkan dananya," katanya.
Ia mengatakan, Indonesia berdasarkan asumsi makro Anggaran Pendapatan & Belanja Negara menargetkan pertumbuhan ekonomi 2011 sebesar 6,3 persen lebih tinggi dibanding 2010 hanya 5,8 persen. "Karena itu pelaku asing diperkirakan dalam waktu lama masih bermain di pasar menempatkan dananya," katanya.
Minyak Mentah Harga Minyak di Asia Turun Kamis, 2 September 2010 | 11:19 WIB
Berita Kerinci
Harga minyak sedikit menurun di perdagangan Asia Kamis (2/9/2010), padahal sebelumnya di Amerika Serikat melonjak di tengah menguatnya data manufaktur, kata analis.
Seperti dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Oktober turun enam sen menjadi 73,85 dollar AS per barrel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 24 sen menjadi 76,11 dollar AS.
Ong Yi Ling, analis investasi pada Phillip Capital yang berbasis di Singapura, mengatakan, sedikit pengurangan harga tidak menunjukkan sentimen pasar sekarang. "Enam sen adalah sedikit marjinal," katanya.
"Saya rasa sentimen sedikit positif sekarang," kata Ong seraya menambahkan bahwa dorongan data manufaktur AS yang dirilis Rabu serta pembukaan kuat dari pasar ekuitas utama Asia bertindak sebagai pendorong untuk minyak berjalan menguat.
Sektor manufaktur AS ekspansi untuk ke-13 bulan berturut-turut Agustus, mengalahkan ekspektasi kebanyakan analis.
Institute of Supply Management mengatakan, indeks manufaktur naik menjadi 56,3 persen dari 55,5 persen pada Juli, mengalahkan prakiraan jatuh menjadi 52,9 persen. Pembacaan di atas 50 persen menunjukkan sektor manufaktur berkembang.
Pasar ekuitas Jepang, Hongkong, dan Korea Selatan juga naik, terangkat penutupan kuat di Wall Street pada Rabu setelah rilis data manufaktur.
BURSA Saham Merah, Rupiah Tersendat Kamis, 2 September 2010 | 12:14 WIB
Berita Kerinci
Setelah sempat melaju di jalur hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/9/2010), Indeks Harga Saham Gabungan langsung terpuruk ke zona merah.
IHSG sesi pertama ditutup turun 15,427 poin atau 0,49 persen pada 3.119,889. Sektor pertambangan menjadi pemberat utama indeks terjerumus di jalur merah, sedangkan sektor aneka industri menahan indeks tidak terpuruk lebih dalam.
Adapun indeks Kompas100 juga melemah 0,76 persen, kemudian indeks LQ45 terkoreksi 0,79 persen, serta Jakarta Islamic index turun 0,62 persen.
Analis PT Millenium Danatama Securities, Ahmad Riyadi di Jakarta, mengatakan, indeks BEI terkoreksi karena pelaku melepas saham-saham lapis dua dan beberapa saham unggulan, setelah pada hari sebelumnya menguat.
Pelaku pasar melepas saham-saham itu hanya untuk mencari untung, padahal mereka seharusnya aktif membeli saham-saham, karena ada faktor positif dari angka inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2010 yang masih di bawah satu persen. "Kami memperkirakan penurunan indeks karena pelaku melepas saham-saham yang dimiliki setelah mengalami kenaikan," ucapnya seperti dikutip Antara.
Pada perdagangan sesi pagi ini, terdapat 94 saham turun, 63 saham naik dan 70 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 5,914 triliun dari 56.935 kali transaksi dengan volume 2,584 miliar saham.
Sementara kennaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS agak tersendat setelah sempat menembus level 9.000. Mata uang RI ini ada di posisi Rp 9.010 per dollar AS.
Si Miskin dan Kaya di Pasar Tanah Abang
Berita Kerinci
Apakah berlebaran harus identik dengan baju baru, sepatu baru? Bagi beberapa orang mungkin enggan mengakuinya dan beralasan belanja untuk lebaran adalah merupakan sebuah tradisi dalam keluarga.
Hal inilah yang kemudian menciptakan siklus musiman dimana jelang lebaran, pusat perbelanjaan mulai diserbu warga. Keramaian jelang Lebaran ini juga terjadi di Pasar Tanah Abang.
Dedeh (54) misalnya, mengaku sengaja datang sendiri ke pasar tersebut dari rumahnya di Rawamangun khusus untuk membeli baju baru bagi anak dan cucu-cucunya.
"Yah kalau dibilang harus baju baru sih nggak, tapi namanya juga sudah tradisi di keluarga. Jadi tiap tahun kita pasti belanja," ujarnya, Selasa (31/8/2010), di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta.
Dedeh berujar untuk belanja keperluan lebaran ini dirinya memang mempersiapkan dana khusus yakni mulai Rp 500.000-Rp 1.000.000,-.
"Ini jadi hadiahlah buat cucu merayakan sudah sebulan puasa," ungkapnya.
Senada dengan Dedeh, Dewi (39), warga Bekasi, juga mengaku sudah merupakan tradisi dalam keluarganya untuk berlebaran dengan baju baru.
"Terutama anak-anak, dan juga bapaknya. Pasti pas lebaran harus baru, karena alasannya momen sekali setahun," ujar ibu dua anak ini.
Tidak hanya anak-anak dan suami, Dewi juga menyiapkan baju-baju yang akan diberikannya kepada sanak keluarga. Total belanjanya?
"Wah bisa lebih dari sejuta ini sekali belanja. Ini belum termasuk baju-baju untuk saudara yang sudah kita beli sebelum bulan puasa," akunya. Berdasarkan pantauan Kompas.com, di dalam gedung Blok A Pasar Tanah Abang memang tampak ramai ibu-ibu tengah bertransaksi membeli baju muslim, mukenah, ataupun tas dan sepatu.
Tak jarang, pengunjung yang keluar dari pasar menenteng lebih dari dua kantong belanjaan. Menelisik sedikit keluar gedung blok A, sekitar seratus meter dari lobi utama, tampak seorang bapak yang duduk di atas aspal dengan kantong plastik kosong di depannya.
Kakinya tampak berukuran kecil akibat polio, tidak proporsional dengan bagian atas tubuhnya. Dengan kaki seperti itu, tak mengherankan bapak ini hanya terus duduk di bawah terik matahari.
"Saya dari pagi sampai sore memang biasa di sini kalau tidak diusir petugas. Yah dukanya panas saja kena matahari," ujar Bujang (45).
Tidak seperti pengemis lainnya yang selalu menadahkan tangan sambil meminta kepada setiap orang yang lewat, Bujang memiliki prinsip lain. Baginya, menadahkan tangan adalah haram, ia hanya mau menerima bantuan orang-orang yang ikhlas tanpa harus ia minta.
Maklum, ia terbiasa berdagang di kampung halamannya di Bangka. Namun, modal berdagang itu habis ketika sang istri menderita usus buntu.
Bujang pun terpaksa merantau ke Jakarta mencari uang untuk istri dan seorang anaknya berumur 11 tahun. Menjelang lebaran ini, satu-satunya hal yang ingin dilakukan Bujang bukanlah menyiapkan baju baru.
"Wah baju baru mana bisa, yang penting saya bisa pulang kampung ketemu keluarga. Mereka syukurnya pengertian kalau saya tidak bawa apa-apa ke kampung," ujarnya.
Melihat ribuan pengunjung Pasar Tanah Abang yang sibuk mencari baju lebaran, sementara masih ada yang bernasib kurang sepertinya, tak membuat Bujang merasa iri atau kesal kepada orang-orang tersebut.
"Yah semua orang punya rejekinya masing-masing. Banyak juga orang yang datang kesini mereka juga sebenarnya kesulitan perlu biaya ini. Jadi kita yang penting ikhlas saja," tandas Bujang.
Bujang berharap dirinya tidak perlu lagi hidup dari mengemis seperti ini, ia mengaku malu meski tetap harus menjalani semua itu dengan tabah karena menurutnya nasib bisa berubah kapan saja. Banyak pernak-pernik yang terjadi di Pasar Tanah Abang jelang hari raya Idul Fitri ini.
Ironi si Miskin dan si Kaya inilah salah satunya. Banyak dari kita sibuk mempersiapkan segala hal yang sifatnya materi untuk berlebaran.
Sementara kita lupa bahwa masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Makna Idul Fitri sejatinya tidak dilihat dari seberapa bersih dan seberapa mahal baju yang kita pakai.
Tapi lebih dari itu, makna Idul Fitri sebaiknya dimaknai sebagai makna kebersamaan dan saling berbagi kepada yang membutuhkan.
TAK BENAR SURAT SBY DI ABAIKAN PM MALAYSIA
Berita Kerinci
Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha meluruskan anggapan yang berkembang bahwa Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak mengabaikan surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait insiden penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh Polisi Diraja Malaysia, beberapa waktu lalu.
"Kami mendapat informasi bahwa sesungguhnya pemerintah Malaysia sedang mempelajari dan menjawab surat dari Presiden SBY. Jadi, tidak benar kalau ada asumsi atau anggapan bahwa pihak Malaysia mengabaikan surat yang disampaikan Presiden SBY," jelas Julian ketika menghubungi Kompas.com, Rabu (1/9/2010) di Jakarta.
Sebelumnya, peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti, Selasa (31/8/2010), mendesak pemerintah, khususnya Presiden SBY, untuk bisa segera mengeluarkan penyikapan yang tegas menyusul ketegangan antara Indonesia dan Malaysia terkait kawasan perbatasan.
Sikap tegas termasuk untuk menanggapi penyikapan dan komentar Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang terkesan mengabaikan surat resmi Pemerintah Indonesia tentang insiden itu, dengan tidak segera membalas atau menjawabnya walau sudah sepekan berlalu.
Ikrar juga mengingatkan pemerintah kalau di sebagian masyarakat Indonesia, sentimen terhadap Malaysia masih ada. Sikap sentimen itu merupakan warisan sejarah konfrontasi masa lalu antara Indonesia dan Malaysia. "Jadi tidak mengherankan kalau ada kejadian macam kemarin di perairan Tanjung Berakit, yel-yel atau jargon masa lalu 'ganyang Malaysia' masih bisa muncul dan diteriakkan lagi. Pemerintah harus paham itu," ujar Ikrar.
Pernyataan Ikrar ada benarnya. Saat sesi penyampaian pertanyaan rapat kerja Kementerian Koordinasi bidang Politik, Hukum, dan Keamanan beserta para menteri jajarannya, dengan Komisi I, Effendi Choirie dari Fraksi PKB menyempatkan diri membaca pidato Soekarno saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia.
"Tolong jangan lagi kita (Indonesia) seolah berada dalam posisi inferior dengan kemampuan diplomasi yang letoy. Pemerintah harus berani. Bukan kita yang butuh mereka tapi justru sebaliknya. Kalau mau tarik saja semua TKI di sana," ujar Effendi.
Mengapa Tokek Mahal Harganya? Selasa, 31 Agustus 2010 | 00:08 WIB

Langganan:
Postingan (Atom)