BERITA KERINCI
ilustrasi PSK
Pengungkapan kasus 22 siswi SMP negeri di kawasan Tambora, Jakarta Barat, yang nyambi menjadi PSK terus berkembang. Dari pengakuan beberapa siswi diketahui bahwa petualangan mereka diawali dengan menjual kegadisannya kepada pria hidung belang Rp 2 juta.
Transaksi seks ABG ini dikoordinasi beberapa mucikari yang biasa beroperasi di Lokasari, Jakarta Barat. Melalui mucikari inilah para siswi yang masih di bawah umur itu dipertemukan dengan pria-pria hidung belang.
Salah seorang wali murid, sebut saja Yana, mengatakan, setelah transaksi Rp 2 juta, para siswi itu meneruskannya menjadi penjaja seks dengan tarif setiap kencan Rp 300.000. Ulah para siswi SMP negeri ini terbongkar setelah beberapa guru menyamar menjadi calon "pembeli".
Yana mengaku mengetahui kasus ini dari beberapa guru di sekolah tersebut. "Selain wali murid, saya juga alumnus sekolah ini. Saya memiliki kedekatan dengan para pengajar sampai kepala sekolahnya. Jadi saya tahu ini," kata Yana.
Menurut dia, salah seorang guru bercerita kepada dirinya bahwa para pelajar itu tidak bekerja sendiri. Mereka dikoordinasi oleh seorang mucikari yang biasa nongkrong di Taman Hiburan Rakyat Lokasari, Tamansari, Jakarta Barat. "Jaringan PSK para pelajar SMP ini terbentuk dengan tidak sengaja. Awalnya, karena adanya pertemuan mucikari tersebut dengan salah seorang siswi SMP itu," katanya.
Siswi berinisial IS adalah salah satu korbannya. Dia masih duduk di kelas 3 SMP. "Dia memang dikenal suka bermain di pusat-pusat perbelanjaan dan tempat hiburan lainnya. Lalu dia berkenalan dengan mucikari tersebut yang menawarinya menjadi penjaja seks," kata Yana.
Singkat cerita, kata Yana, IS bersedia untuk menjadi penjaja seks. Dan belakangan ia diminta untuk mencari rekan-rekannya yang juga mau menjadi penjaja seks. "Lalu ada 19 siswi lainnya yang ikut menjadi penjaja seks," katanya.
Yana mengatakan, cara IS mengajak rekan-rekannya menjadi penjaja seks tidak langsung diutarakan begitu saja kepada teman-temannya. Namun, dia membawa satu per satu temannya ke tempat mucikarinya di Lokasari. Sampai di sana, mucikarinyalah yang merayu para siswi tersebut.
Awalnya, jaringan PSK para pelajar SMP ini tidak tercium siapa pun, termasuk guru dan orangtua mereka. "Mereka tidak beroperasi sampai larut malam. Mereka biasa ke tempat pelacuran seusai pulang sekolah dan pada malam hari—jika tidak ada tamu—mereka pulang," kata Yana. Selain itu, sebagian siswi ini juga melayani tamu jika sudah ada janji sebelumnya. "Jadi tidak semuanya ikut nongkrong di tempat pelacuran," tutur Yana.
HP Rp 4 juta
Terbongkarnya jaringan pelajar panggilan ini berawal dari telepon genggam yang dimiliki IS terlihat oleh salah seorang gurunya. "Telepon itu harganya di atas Rp 4 juta. Sangat mencurigakan anak SMP sudah memiliki hp semahal itu," kata Yana. Guru yang curiga dengan hal itu, lalu memanggil IS dan memeriksa telepon seluler tersebut. Dan di dalamnya ternyata terdapat beberapa pesan singkat yang mengajak IS untuk berkencan. Dari situ kemudian diperoleh beberapa nama siswi lainnya.
"Awalnya, para guru tidak langsung percaya. Sebab, bisa saja IS asal menyebut nama," papar Yana. Lalu untuk membuktikannya, seorang guru berpura-pura menjadi pria hidung belang dan mengajak salah satu siswi itu untuk bertemu dan berkencan. Tanpa diduga, siswi itu datang ke tempat yang dijanjikan.
Selain menyamar sebagai pria hidung belang, guru yang lain juga sengaja ikut dalam sebuah razia yang diadakan Satpol PP DKI. Dari hasil razia beberapa PSK yang tertangkap ternyata siswi SMP. Mencuatnya kasus ini membuat IS malu dan memutuskan untuk berhenti sekolah. ABG yang memiliki tubuh tinggi dan sintal ini, jika berdandan mirip perempuan dewasa berusia di atas 19 tahun.
Sementara itu, para orangtua murid yang memiliki anak yang bersekolah di SMP tersebut mendesak agar kasus ini menjadi perhatian pemerintah dan kepolisian. "Kami ingin agar mucikarinya ditangkap dan dihukum yang setimpal. Karena kalau tidak ada orang yang merayu atau memerintahkannya, para pelajar itu tidak mungkin bisa menjadi penjaja seks," kata Yani, salah seorang ibu yang anaknya bersekolah di SMP tersebut.
Yani menuturkan, jika mucikarinya tidak segera ditangkap, bukan tidak mungkin akan ada korban-korban lainnya. "Sekolah dan orangtua tidak mungkin bisa mengawasi anak selama 24 jam," ujarnya. Sementara itu, Agung S, guru pendidikan jasmani sekolah tersebut, menolak memberi keterangan. Agung yang ditemui di gedung sekolah mengatakan tidak memiliki kewenangan untuk berbicara.
"Tunggu kepala sekolah saja. Atau kepada guru yang menangani kasus itu," tuturnya. Agung juga mengatakan kebenaran kasus tersebut perlu diselidiki lagi. Sebab, katanya, yang tahu persoalannya dengan utuh adalah para siswi dan guru yang menangani masalah ini. "Kalau menurut saya tidak benar berita itu," tuturnya.
Pihak Dinas Pendidikan Dasar DKI juga mengaku belum mengetahui kasus tersebut. Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Sukesti Martono mengatakan akan menyelidiki kebenarannya. Pihak kepolisian juga menyatakan hal yang sama. Kepala Unit Perlindungan Anak dan Perempuan Ajun Komisaris Sri Lestari mengatakan akan menelusuri kasus tersebut.