BERITA KERINCI
Kendari Kepala Bidang (Kabid) Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) AKBP Fachrurozi meminta masyarakat melaporkan oknum polisi yang kerap melakukan tindakan tidak wajar terhadap warga ke Propam Polda Sultra.
"Kalau ada anggota polisi yang bertindak di luar batas kewajaran, masyarakat diminta tidak ragu-ragu melaporkan yang bersangkutan ke Propam Polda Sultra biar diperiksa," katanya di Kendari, Rabu.
Fachrurozi mengatakan, jika laporan masyarakat mengandung unsur kebenaran, pimpinan Polri di daerah ini, dalam hal ini Kapolda, tidak ragu-ragu menjantuhkan sanksi tegas kepada oknum-oknum polisi yang terbukti menyalahgunakan wewenang.
"Sudah banyak anggota yang kena sanksi karena melakukan tindakan tidak terpuji di tengah masyarakat. Karena itu, jika ada oknum polisi yang nakal, agar dilaporkan ke Propam Polda, biar diperiksa," katanya.
Sebelumnya, Warga Kampung Baru, Kecamatan Poasia, Kota Kendari, Provinsi Sultra sangat menyesalkan ulah oknum polisi melakukan penodongan terhadap warga tanpa alasan yang jelas, hingga warga yang ditodong tersebut pingsan.
"Kita mengira yang datang dan langsung menodongkan pistol kepada seorang anggota keluarga itu perampok. Tapi ternyata mereka polisi yang katanya mencari seseorang," kata pemilik rumah yang dimasuki oknum polisi, La Safirun (57) di Kendari, Salasa malam.
La Safirun mengaku baru mengetahui kalau tamu yang tidak diundang itu adalam oknum polisi dari Polsek Poasia, setelah menodongkan pistol kepada salah seorang putrinya.
"Saat ditodongkan pistol, anak saya sangat ketakutan dan akhirnya pingsan," katanya.
Setelah yang ditodong tersebut pingsan kata Safirun, anggota polisi yang berjumlah delapan orang langsung kabur.
"Diantara delapan orang tersebut kami mengenal satu orang bernama Briptu ARM, anggota Polsek Poasia," katanya.
Safirun mengaku baru mengetahui kalau delapan anggota Polsek Poasia tersebut datang mencari anaknya bernama La Iin yang pernah membuat masalah dengan orang lain, setelah mereka (polisi-red) pergi.
"Satu diantara delapan orang tersebut saya tahu bernama Briptu ARM, yang pernah menangani kasus anak saya dan sudah diselesaikan secara keluargaan," katanya.
Safirun mengatakan, dirinya tidak keberatan kalau anaknya yang dicari. Tapi yang dia sangat sesalkan, mengapa anggota polisi tersebut berlaku seperti itu.
"Kalau mereka datang baik-baik, bisa dikomunikasikan, tapi ini datang menodong senjata," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar