Laman

Rabu, 21 April 2010

JALAN AKSES EKONOMI KERINCI

Yang paling jelas di luar alasan yg lain adalah bahwa beliau adalah orang Kerinci.Jika orang Kerinci jadi Gubernur atau wakil gubernur ingin pulang kampung pasti ke Kerinci tidak mungkin ke Kampung orang iakan? nah dengan adanya beliau pulang kampung maka beliau dapat merasakan penderitaan masyarakat yang mudik ke kampungnya. Jalan Kerinci Bangko ... Lihat Selengkapnyatak pernah berhenti memberi penderitaan bagi pemakainya yg nota bene adalah orang Kerinci atau orang yang berkunjung ke Kerinci. Dan disinilah hebatnya kalau jalan tersebut seolah-olah memang diciptakan untuk demikian adanya,Di karenakan dari jalan tersebut ORANG LAIN berusaha untuk menciptakan masyarakat Kerinci untuk tidak pernah berubah.Tetap dengan kulturnya dan harus tetap dengan kesederhanaannya serta tetap dalam penderitaannya ketika melewati jalan tersebut. Suatu hal yang sistimatis yang sebenarnya merupakan sebuah rahasia kata,terpaksa kami sampaikan disini. Bahwa jalan itu adalah akses EKONOMI dimana Ekonomi tersebut bisa berkembang disuatu daerah di karenakan insfratuktur jalannya baik serta lancar. Perekonomian masyarakat kerinci yang sebagian besar adalah dari pertanian hampir 70% masyarakat Kerinci adalah petani. Hasil pertaniannya terutama adalah beras dan palawija serta sedikit hasil dari perkebunan seperti kopi,kayu manis, karet serta teh yang dihasilkan dan dikelola oleh perusahaan Negara. Kembali kita ke jalan,sebagai akses Ekonomi masyarakat dapat kita lihat bahwa jalan merupakan urat nadi dari kemakmuran rakyat disuatu daerah.Kalau Kerinci merupakan suatu siksaan bagi masyarakatnya karna jalan di kerinci tidak pernah mulus untuk mengantarkan rakyat kerinci ketujuannya. Hasil pertanian( inilah inti dari tulisan ini) yang mana hasil pertanian masyaraket kerinci terutama sayur-sayuran dan palawij Dihargai sangat rendah di tangan petani tapi apa bila sampai ditangan konsumen diluar Kerinci harganya bisa berlipat. Kita ambil contoh KOL/KUBIS di tingkat petani di Kayu Aro harga nya RP 300,- tapi setelah sampai di tangan konsumen harganya bisa RP 2000,-/kilo. Disini letaknya,pedagang pengumpul membeli dari petani bukan di timbang atau per kilo namun per buah. Nah dari cara seperti itu saja petani telah dirugikan karna berat rata-rata dari kol tersebut melebihi 1kg. Kemudian dengan alasan sudah banyak yang busuk kol/kubis di kupas kulit luarnya sehingga mengurangi bobotnya disini kembali petani dirugikan karna banyak yang busuk selama perjalanan.Nah disinilahi intinya jalan Perjalanan normal dari kerinci ke Jambi dengan mobil rata-rata 12 jam mobil pribadi dan 13 jam bus, di tambah dengan dari kayu aro 2 jam maka waktu yang di tempuh oleh mobil rata-rata 14-15 jam ke Jambi Dengan jarak tempuh 400 km bandingkan jalan Jakarta Bandung hanya 3 jam dengan jarak tempuh 200 km.Beda lagi dengan Truk yang merupakan moda angkutan bagi hasil pertanianDengan Tonase yang lebih berat dari mobil pribadi dan umum maka tenggang waktunya pun ditambah 2 jam lagi sekitar satu menit yang lalu ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar