Laman

Kamis, 14 Oktober 2010

HEBOH KERAMIK KUNO

Berita Kerinci
Dua petani di Desa Sogo RT 2 Kecamatan Kumpeh, Muaro Jambi menemukan benda peninggalan masa kuno era Dinasti Ming dan Dinasti Cing.Zainir dan Saman menemukan keramik yang diprediksi dibuat abad 17.

Senin (11/10), kedua petani tersebut sukses mengangkat lebih kurang tiga keranjang keramik dalam bentuk piring, mangkuk, cepuk, dan cangkir dari area kebun duku. Saat itu Zainir ingin memindahkan pohon duku yang tumbuh berdekatan.

Saat menggali menggali tanah di bawah pohon duku tersebut, dirinya menemukan pecahan keramik tersebut. Waktu ipenggalian baru sedalam 25 sentimeter, terlihat keramik. Karena penasaran, maka saya langsung menggali keliling dan mengangkat pohon duku. Saat itulah ditemukan tumpukan keramik,” ungkap Zainir kepada Tribun, Kamis (14/10).

Kabar penemuan benda-benda kuno ini cepat menyebar. Dia justru takut menyimpan kemarik itu. Takut pecah karena banyak warga yang ingin melihat. Bahkan dia kedatangan tamu yakni polisi yang bertanya-tanya seputar asal-usul keramik.

Kemudian polisi itu akan membawa keramik-keramik tersebut. Namun permintaan itu ditolak Zainir. Orang-orang yang tidak dia kenal pun berdatangan. Bahkan ada yang menanyakan tentang khasiat dari keramik-kerami itu.

Makin hari makin ramai orang datang untuk melihat keramik. Zainir pun yakin benda-benda yang dia temukan merupakan benda kuno dan bersejarah. Maka, dirinya berkeinginan menyerahkan benda itu langsung kepada pemerintah.

"Zainir dan keluarganya bersedia menyerahkan keramik temuannya kepada pemerintah asalkan mendapatkan imbal jasa yang setimpal," ujar orangtua Zainir, Imam Siyani kepada Tim Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi saat ingin membawa sampel keramik. Keramik ini tidak bisa dibawa ke mana-mana kalau tidak ada hitam di atas putihnya,” ujar Siyani.

Siyani menegaskan bahwa keramik tersebut boleh dibawa BP3 Jambi asalkan saat dibawa mereka memberikan imbalan langsung yang sesuai. Jika imbalan tersebut tidak sesuai, maka keramik tersebut tidak akan diserahkan kepada pihak BP3 Jambi.

Mendengar keinginan itu, Rini, Kasi Pemeliharaan dan Pemanfaatan BP3 Jambi mengaku tidak bisa menakar harga pasti untuk nilai keramik tersebut. Sebab BP3 Jambi hanya ingin mengambil sampel keramik untuk diteliti. Untuk harga imbal jasa tidak ada harga standar. Namun itu memang ada dalam UU Nomor 5 Tahun 1992,” kata Rini.

Saat itu Rini ingin membawa 7 sampel dari beberapa temuan keramik Cina penginggalan abad 17-19. Dari sampel yang dibawa itulah pihak BP3 Jambi akan menilai dan memberikan imbal jasa, bukan kepada semua temuan.

Karena tidak mendapat kesepakatan harga, maka pihak BP3 Jambi berjanji akan menakar nilai imbal jasa tersebut berdasarkan foto yang ada. Sementara pihak Zainir, Saman dan Siyani sendiri juga tidak berani meminta harga khusus karena tidak mengetahui berapa imbal jasa untuk mereka.

Terpisah, budayawan Jambi, Junaidi T Noor memprediksi, tersebarnya keramik-keramik Cina di Jambi dibawa pedagang asing yang datang ke Jambi. Pedagang itu sendiri bisa dari orang Cina langsung atau pedagang lain yang datang dari Cina. Pedagang tersebut diperkirakan datang ke Jambi saat adanya hubungan perdagangan Cina dengan Nusantara, khususnya Jambi.

Jambi sendiri diketahui memiliki beberapa pelabuhan besar seperti di Thehapo (Tebo) abad ke-4, Pelabuhan di Kuntala (Kuala Tungkal) abad 5-6, dan pelabuhan melayu di Muaro Jambi pada abad ke-7. Melalui pelabuhan-pelabuhan inilah termasuk pedagang-pedagang asing tersebut.

Pelabuhan-pelabuhan tersebut dikatakan cukup strategis karena faktor embusan angin yang mengarah ke Jambi. Jadi para pedagang yang ingin berlayar ke India, Tiongkok dan Thailand harus lebih dulu singgah ke Jambi. Seperti pedagang yang ingin menuju India dari Tiongkok harus singgah di Pelabuhan Kuntala. Demikian pula sebaliknya dari India ke Tiongkok juga akan menyinggahi Pelabuhan Kuntala.

Kemudian setelah kerajaan Melayu berkembang, dan pusat pelabuhan di Muaro Jambi tambah ramai, maka banyak pedagang yang datang melalui Muaro Kumpeh menuju Muaro Jambi. Bahkan sejarah mencatat bahwa Biksu dari Tiongkok (I- Tsing) yang hendak ke India melalui jalur Pelabuhan Kuntala sempat singgah ke Kerajaan Melayu dan belajar Agama Budha.

Pada 1612 melalui pelabuhan Muaro Kumpeh, VOC (perusahaan dagang Belanda) datang ke Jambi. Di sana mereka mendirikan loji (benteng pertahanan). Melalui pedagang Belanda ini juga diperkirakan banyak benda-benda dari negara lain 'mampir' ke Jambi.

Bila ingin dirunut, maka pada awal adanya pelabuhan-pelabuhan besar tersebut sudah ada transaksi perdagangan. Itu diperkirakan berada tidak jauh dari posisi dan sepanjang jalur sungai antara pelabuhan-pelabuhan tersebut. Di Jambi sendiri peradaban Cina di kenal sejak Abad ke-3, sejak masa kerajaan Koying.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar