Tinjauan
Ekonomi RI Masuki Pertumbuhan Emas
Jumat, 25 Februari 2011 | 08:51 WIB
Tahun 2010 menjadi awal bagi kebangkitan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi akan terus membaik sampai enam tahun mendatang. Selama periode tersebut, ekonomi Indonesia akan memasuki pertumbuhan emas karena membaiknya harga komoditas serta meningkatnya daya beli masyarakat.
Demikian disampaikan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung dalam acara perbincangan tinjauan ekonomi 2011, Rabu (23/2/2011) malam di Jakarta. ”Saya yakin ekonomi Indonesia akan terus membaik sampai tahun 2015 mendatang,” katanya.
Menurut dia, ada beberapa indikasi yang mendukung keyakinannya tersebut. Pertama, semakin banyak aliran dana yang masuk ke Indonesia baik melalui saham, pembelian surat utang, serta investasi langsung ke sektor riil. Aliran dana tersebut berasal dari negara-negara maju yang saat ini masih dilanda kelesuan ekonomi. Tahun 2011, Amerika Serikat berencana mengeluarkan surat utang senilai 600 miliar dollar AS. Dana tersebut diperkirakan banyak mengalir ke Indonesia.
”Memang harus diwaspadai aliran hot money tersebut. Tahun 2010 hanya 16 persen dana masuk yang sifatnya investasi langsung. Selebihnya itu masih hot money,” ujarnya.
Faktor kedua adalah pemulihan ekonomi global dengan ditandai membaiknya harga komoditas dan harga sumber daya alam lainnya. ”Komoditas mengalami kenaikan harga, demikian juga dengan sektor mining. Peningkatan harga tersebut membuat pasokan uang bertambah. Akibatnya daya beli masyarakat pun ikut naik,” paparnya.
Pertumbuhan daya beli, lanjutnya, akan berdampak positif bagi industri pariwisata, otomotif, ritel, dan jasa keuangan. Konsumsi masyarakat akan beralih ke barang-barang mewah, terutama di sektor otomotif. ”Indikasi tersebut terlihat dari meningkatnya volume penjualan mobil. Tahun 2010 tercatat 763.751 unit mobil terjual. Januari tahun ini angkanya bahkan meningkat 40 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu,” katanya.
Chairul mengatakan, pertumbuhan ekonomi gemilang juga bakal diraih sektor properti. Pasalnya, dari total kebutuhan rumah sebanyak 9 juta unit, baru bisa terpenuhi 200.000-300.000 unit per tahun.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Kebijakan Fiskal dan Moneter Hariadi Sukamdani mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia sifatnya tak merata. Peningkatan daya beli hanya terpusat pada orang-orang kaya.
”Saat ini hanya pengusaha minyak, batu bara, dan sawit yang menikmati situasi perekonomian saat ini. Di luar itu, daya beli masyarakat makin melemah,” katanya.
RI Bisa Jadi "Arabnya" Biofuel
Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta menunjukkan bahan bakar alternatif berupa minyak yang diperoleh dari biji mahoni (Swietenia mahagoni). Temuan itu dipamerkan pada Geladi Penelitian Ilmiah Remaja 2010.
Permasalahan energi di Indonesia bukan karena kekurangan energi, melainkan belum memiliki tata kelola yang baik. Demikian Rinaldi Dalimi, anggota Dewan Energi Nasional dan Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dalam diskusi ketahanan energi dan kesinambungan pembangunan lewat BUMN, di Jakarta, Kamis (24/2/2011).
Masalah kedua, menurutnya, yaitu sumber energi Indonesia tidak bisa dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah. Karena BUMN tidak lagi penuh dimiliki oleh pemerintah.
Tata kelola menjadi masalah kunci juga, diungkapkan oleh M Shohibul Imam, anggota Komisi VII DPR, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam diskusi tersebut. Imam menyayangkan terjadinya tontonan antarmenteri, seperti dalam masalah capping listrik. "Menteri ESDM mengatakan ini (masalah capping) wilayah tanggung jawab dari Menteri Perekonomian. Pak Menko, ini wilayah tanggung jawab dari Menteri ESDM. Jadi, jangankan masyarakat umum, kami yang di DPR saja bingung," kata Imam.
Kondisi ini memperlihatkan kita belum serius mengurus energi, ujarnya. Padahal ketersediaan energi kita berlimpah, seperti gas dan batu bara nomor dua di dunia. Tidak hanya bahan bakar anorganik yang melimpah, Rinaldi menyebutkan bahwa Indonesia bisa menjadi Arab Saudi-nya biofuel.
Maka sebagai solusi dari tata kelola yang buruk ini, Rinaldi mengutarakan sejumlah strategi, di antaranya, pertama, pisahkan kementerian energi dengan pertambangan. Sehingga energi bisa terlihat sebagai komoditas. Kedua, kembalikan semua BUMN energi kepada sepenuhnya milik pemerintah. Sehingga setiap kebijakan bisa dikontrol pemerintah. Ketiga, BUMN energi hanya di bawah Kementerian ESDM.
Investasi BASF
Jerman Lirik China daripada Indonesia
Jumat, 25 Februari 2011 | 06:22 WIB
China yang dipandang memiliki iklim investasi bagus, lebih dilirik daripada Indonesia. Industri Kimia BASF yang berbasis produksi di Jerman secara terang-terangan memaparkan investasi jangka panjangnya yang lebih banyak dilakukan di China.
Dalam pemaparannya mengenai kinerja BASF Asia Pasifik, Members of the Board of Directors BASF SE Martin Brudermuller di Ludwigshafen, Jerman, Kamis (24/2/2011) pukul 14.00 atau malam Waktu Indonesia Barat, mengungkapkan bahwa China lebih banyak dijadikan peluang dalam berinvestasi.
Disebutkan, BASF berinvestasi untuk pembuatan kawasan industri (verbund) di Nanjing, China, sebesar 1 miliar Euro. Ada juga di Shanghai sebagai pusat intermediates kimia dan fasilitas produksi penyemprotan otomotif, Huizhou sebagai fasilitas produksi dispersions, Nanjing sebagai fasilitas pengujian air (water treatment) produk kimia, dan Tianjin dan Chongqing sebagai sistem polyurethanes.
Kemudian, investasi lainnya dilakukan di Ansan (Korea) sebagai pusat teknik pelapisan cat ramah lingkungan bagi kendaraan, dan Srilanka sebagai posisi BASF dalam berekspansi. Malaysia juga kebagian investasi di Kuantan, Malaysia, mendekati 1 miliar Euro. Studi kelayakan akan dilengkapi tahun 2011.
Harga Minyak Indonesia Bisa 83 Dollar AS
Kamis, 24 Februari 2011 | 18:42 WIB
Asumsi harga jual minyak mentah Indonesia atau ICP dalam APBN 2011 bisa melonjak dari perhitungan awal 80 dollar AS per barrel menjadi 83 dollar AS per barrel. Itu dimungkinkan jika harga minyak mentah di pasar internasional terus bertahan tinggi, yakni pada harga 100 dollar AS per barrel.
"Ya, untuk setahun penuh, kita harga minyak mentah di dunia mencapai 100 dollar AS per barrel, maka asumsi kita akan sampai pada rata-rata 83 dollar AS per barrel," ujar Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo di Jakarta, Kamis (24/2/2011).
Sebelumnya diberitakan kekisruhan politik yang menimbulkan korban jiwa di Libya telah mengancam stabilitas politik di negara-negara penghasil minyak lainnya di Timur Tengah. Hal itu mendorong harga minyak mentah Brent melonjak ke harga 113 dollar AS per barrel hari ini. Level harga itu merupakan pertama kali terjadi sejak September 2008.
Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan ada potensi harga minyak dunia yang terus meningkat. Jika ICP makin meningkat di 80 dollar AS per barrel, dan kenaikan kuota volume BBM, maka besaran subsidi meningkat juga.
Pocong, Wajah Kemiskinan Indonesia
Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum menggambarkan perbandingan kondisi kemiskinan Indonesia dengan negara lain melalui perbandingan tokoh-tokoh hantu dalam cerita horor negara-negara tersebut.
Diceritakannya, tokoh hantu dalam cerita horor di Indonesia, yakni kuntilanak dan pocong digambarkan dengan wajah menyeramkan dan mengenakan pakaian sederhana. Kontras sekali dengan sosok dracula di Eropa, vampire di China, dan jin di Arab Saudi.
"Indonesia, cerita horonya kuntilanak. Pakaiannya daster putih polos, hidupnya kalau tidak di pohon, di pinggir jalan, kadang nyaru jadi tukang jamu atau perempuan di jalan. Kalau enggak, pocong, wajah mengerikan, pakaiannya kain kafan, muncul di pekuburan atau lorong-lorong gelap. Itulah gambaran tantangan kita untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia," tutur Anas saat membuka "Round Table Discussion Pokja Ekuin dan Kesra Partai Demokrat" di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (24/2/2011).
Sedangkan dracula di Eropa, vampire di China, dan jin di Arab Saudi digambarkan sebagai sosok hantu yang mewah dalam film-film horor masing-masing. "Dracula, hidupnya di rumah mewah atau kastil yang mewah. Vampire, pakaian adat bangsawan Cina yang lengkap, pakai topi hitam, kalung giok, hidupnya juga di kuil atau castil yang mewah. Kalau Arab biasanya jin. Pakai pakaian bangsawan khas yang lengkap, sepatu khas timur tengah, dan hidupnya di guci emas," ujar Anas.
Usai bercerita, Anas menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 13,3 persen. "Angkanya (orang miskin) bisa diturunkan 31,6 juta, trennya turun terus," katanya.
Untuk terus membuat angka kemiskinan tersebut turun, lanjut Anas, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Adapun peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memprioritaskan penguatan sektor pertanian dan sektor industri.
"Pertanian, dibutuhkan distribusi modal yang cukup, mendorong akselerasi redistribusi aset bagi rakyat, terutama tanah," katanya.
Sedangkan dalam penguatan sektor industri, kata Anas, penting untuk meningkatkan nilai tambah dari kekayaan alam. "Itu jadi pilar pertumbuhan ekonomi. Kalau tidak berkembang baik, kita akan tetap menjadi negara yang ekspor bahan-bahan mentah," ungkapnya.
"Penguatan industri terkait penguatan infrastruktur, reformasi birokrasi, peningkatan sektor pendidikan, turbin penggerak kemajuan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar