Laman

Jumat, 25 Februari 2011

GEMPA SELANDIA BARU 76 TEWAS

BERITA KERINCI



Selandia Baru
Berharap Keajaiban Pascagempa Bumi

Jumat, 25 Februari 2011 | 10:54 WIB

Anggota tim penyelamat berdiri di reruntuhan berasap gedung CTV yang diduga menjadi tempat terkuburnya 48 mahasiswa dan anggota staf CTV, termasuk sejumlah pelajar Asia, di Christchurch, Kamis (24/2). Gempa berkekuatan 6,3 skala Richter yang terjadi dua hari sebelumnya dan meluluhlantakkan sebagian kota Christchurch menelan korban setidaknya 76 jiwa tewas.

Anne Vos, perempuan warga negara Australia, merasa mendapat kesempatan sangat berharga untuk kedua kalinya dalam hidup. Kondisi dia dinyatakan membaik, Kamis (24/2/2011), walau masih terus menjalani perawatan di rumah sakit.

Selama dua hari sebelumnya, Vos terjebak di bawah reruntuhan sebuah gedung setelah gempa 6,3 skala Richter yang menghantam Selandia Baru, Selasa lalu.

”Saya berharap mereka (regu penyelamat) segera bisa mengeluarkan saya secepat mungkin. Sangat gelap dan mengerikan di dalam sini,” ujar Vos melalui telepon seluler.

Cerita Vos saat tengah terperangkap di bawah meja kerjanya di dalam reruntuhan gedung Pyne Gould Corporation itu ditayangkan secara langsung dan ditonton jutaan pemirsa televisi.

”Saya rasa saya terluka parah. Saya dapat merasakan tanah di bawah saya sangat basah. Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi. Sepertinya tangan saya terluka,” ujar Vos ketika itu.

Gempa besar yang meluluhlantakkan kota Christchurch, Selandia Baru, itu diyakini memakan banyak korban jiwa. Hingga Kamis dilaporkan, tim penyelamat berhasil mengeluarkan sedikitnya 98 jenazah dari bawah reruntuhan, sedangkan 226 orang belum ditemukan. Sebanyak 30 orang dapat diselamatkan hidup-hidup pada malam pertama seusai kejadian.

Petugas penyelamat hingga hari ini berupaya terus mencari korban selamat. Mereka menolak menyerah dan terus berharap mukjizat terjadi. Sejumlah perlengkapan canggih, seperti kamera mini dan alat pendengar yang sangat peka, serta bahkan anjing pelacak dikerahkan untuk mencari dan menyelamatkan korban yang diperkirakan masih bertahan hidup di bawah reruntuhan.

”Selama ini kita sering melihat mukjizat terjadi dalam sejumlah bencana di negara lain. Kita tidak bisa menyerah begitu saja, tetapi tetap juga harus realistis,” ujar Perdana Menteri Selandia Baru John Key.

Komandan distrik kepolisian setempat, Dave Cliff, menyatakan akan berupaya semaksimal mungkin menyelamatkan mereka yang masih hidup dan terjebak di bawah reruntuhan.

Namun, Cliff juga mengingatkan kemungkinan aksi penjarahan pascabencana menyusul lusinan laporan kejahatan yang masuk ke kantornya. Lebih lanjut dilaporkan pula, ratusan warga mencoba keluar dari daerah bencana itu dengan berbondong-bondong menuju bandar udara.

”Apa yang saya alami sangat mengguncang. Benar-benar gila. Saya gemetar sepanjang hari. Bahkan, saya tidak ingat lagi apa saya sudah makan atau belum,” ujar Vanessa Burgess, yang terpaksa menginap di bandara bersama kedua anaknya. Mereka selamat dari bencana itu.

Tak Ada Korban WNI di Selandia Baru

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, tak ada warga negara Indonesia di Selandia Baru yang menjadi korban gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter di Christchurch yang terjadi pada Selasa (22/2/2011).

"Sementara ini tidak ada korban dari negara Indonesia. Alhamdulilah," kata Marty secara singkat kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (23/2/2011).

Kendati demikian, Marty menyatakan, Kementerian Luar Negeri terus-menerus memantau perkembangan terkini di Selandia Baru.

Jumlah korban diperkirakan dapat terus meningkat. Sampai Selasa kemarin, diketahui 65 orang dinyatakan tewas.

Indonesia sebagai pemimpin ASEAN, kata Marty, telah menyampaikan ucapan duka cita kepada Pemerintah Selandia Baru.

Selain itu, pemerintah juga telah menyampaikan bantuan yang diperlukan Selandia Baru. Namun, Marty tak merinci jenis bantuan tersebut.

CHRISTCHURCH
Siswa Jepang Terperangkap di Reruntuhan
Gambar televisi menunjukkan mobil yang hancur akibat kerusakan yang disebabkan oleh gempa berkekuatan 6,3 skala Richter yang melanda kota Christchurch, Selasa (22/2/2011). Beberapa orang dolaporkan tewas tewas dalam itu yang merobohkan bangunan, memicu kebakaran dan membuat panik warga.

Sekelompok siswa dan guru asal Jepang dipercaya terperangkap di reruntuhan gedung pascagempa berkekuatan 6,3 SR di Christchurch, Selandia Baru. Catatan Xinhua pada Selasa (22/2/2011) menunjukkan, setidaknya ada 23 orang, terdiri dari siswa dan murid yang terperangkap di Gedung King's College. Gedung berlantai empat itu runtuh saat gempa terjadi.

Para korban berasal dari Toyama College di kawasan Hokuriku, Jepang, yang tengah melakukan studi wisata ke Christchurch. Saat kejadian, mereka tengah berada di kafetaria King's College. Kini, delapan orang dari mereka tengah menanti proses evakuasi.

Kebetulan, salah seorang guru di kelompok itu sempat mengirim surat elektronik kepada keluarganya. Ia menulis tengah terperangkap di reruntuhan. "Di dekat saya ada tujuh siswa yang sama-sama menanti bantuan," tulisnya.

Hingga berita ini ditulis, regu penolong sudah mengirim dua korban ke rumah sakit. Keduanya mengalami patah tulang.

GEMPA CHRISTCHURCH
Australia Siaga untuk Selandia Baru

Australia menyatakan siaga untuk membantu Selandia Baru terkait gempa bumi di Christchurch. Menurut warta ABC pada Selasa (22/2/2011), sebanyak 40 orang yang tergabung dalam regu penolong segera bertolak ke lokasi gempa bumi.

Australia sebagaimana pernyataan Perdana Menteri Julia Gillard mempersiapkan berbagai bantuan mulai dari tim hingga logistik. "saya sempat berbicara dengan Perdana Menteri Selandia Baru John Key. Saya katakan Australia siap membantu," kata Gillard.

Saat ini, Selandia Baru menyiapkan bandar udara militer di Blenheim sebagai basis penerimaan bantuan. Sementara, tim pemadam kebakaran dari New South Wales juga sudah menyiapkan diri untuk bertolak ke Christchurch.

Sekarang, jumlah korban gempa berkekuatan 6,3 SR itu sudah menewaskan 65 orang. Kemungkinan besar, jumlah ini akan terus bertambah lantaran proses pertolongan belum maksimal dilaksanakan.


Gempa Bumi Selandia Baru
Seluruh WNI Selamat

Gambar yang berasal TV3 Selandia Baru ini menunjukkan sebagian reruntuhan Kathedral Christchurch akibat gempa berkekuatan 6.3 yang melanda kota Christchurch, Selasa (22/2/2011). Gempa tersebut dilaporkan telah menyebabkan korban tewas, menghancurkan bangunan, serta memicu kebakaran dan membuat panik warga.

Gempa berkekuatan 6,3 skala richter mengguncang Christchurch, Selandia Baru, dan menewaskan sedikitnya 65 orang. Sebagaimana dilaporkan Nana Arlina, mahasiswi Indonesia di Selandia baru via Kompasiana, tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam bencana itu.

Nana yang tinggal di Christchurch, lokasi yang paling parah terkena gempa, menulis laporan langsung sebagai berikut:

Siang ini, kami warga Christchurch, New Zealand, kembali dikejutkan dengan gempa yang menurut www.geonet.co.nz berkekuatan 6,3 SR dengan kedalam 5 km di Lytellton. Memang gempa kali ini tidak sebesar gempa yang kami rasakan pada bulan Ramadhan tahun lalu (4 September 2010) yang berkekuatan 7,1 SR, tetapi kerusakan saat ini lebih parah dan juga memakan korban jiwa, yang hingga saat tulisan ini ditulis sudah mencapai 65 orang.

Perdana Mentri John Key dan Wali Kota Christchurch Bob Parker menyatakan kemungkinan jumlah korban jiwa akan bertambah karena diperkirakan ada sekitar 200 orang yang terperangkap di reruntuhan.

Gempa kali ini memakan korban jiwa lebih banyak karena terjadi pada siang hari, saat banyak orang yang bekerja. Berbeda dengan gempa September tahun lalu yang terjadi pada dini hari. Bangunan-bangunan runtuh, begitu juga Cathedral Square yang merupakan ikon kota Christchurch. Canterbury Television (CTV) juga luluh lantak. Sementara itu, bandara untuk sementara tertutup bagi penerbangan komersial karena digunakan untuk emergency services.

Mahasiswa Indonesia di Lincoln University yang berjumlah 10 orang beserta keluarganya langsung berkoordinasi dan berkumpul bersama-sama di beberapa tempat karena gempa susulan dengan skala 4-5 SR masih terus dirasakan. Sementara itu, mahasiswa Indonesia di University of Canterbury juga dalam keadaan selamat dan berkumpul di beberapa tempat juga.

Jaringan telekomunikasi padat dan sebagian besar daerah di Christchurch dalam kondisi tidak ada listrik. Hal ini diharapkan tidak berlangsung lama karena suhu udara di Christchurch antara 12 dan 14 derajat celcius. Saat ini, kami mahasiswa di Lincoln University berkomunikasi dengan menggunakan internet. Jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter digunakan untuk saling menanyakan kabar dan menginformasikan kondisi terakhir di kota Christchurch.

GEMPA SELANDIA BARU
Sejumlah Orang Dipastikan Tewas

Gambar yang berasal TV3 Selandia Baru ini menunjukkan sebagian reruntuhan Kathedral Christchurch akibat gempa berkekuatan 6.3 yang melanda kota Christchurch, Selasa (22/2/2011). Gempa tersebut dilaporkan telah menyebabkan korban tewas, menghancurkan bangunan, serta memicu kebakaran dan membuat panik warga.

Warga menggali dengan panik mayat-mayat dan orang-orang yang terjebak di reruntuhan setelah gempa berkekuatan 6,3 menyebabkan sejumlah kematian di Christchurch, kota kedua terbesar Selandia Baru, Selasa (22/2/2011). Gempa itu telah menghancurkan bangunan, kendaraan, dan memutuskan aliran listrik, air, serta sambungan telepon.

Ribuan warga yang panik dan menangis memadati jalan-jalan di kota itu setelah gempa mengguncang pada jam makan siang, enam bulan setelah gempa berkekuatan 7,0 menghancurkan wilayah itu, tetapi tidak menimbulkan korban jiwa. Polisi mengatakan, gempa yang terakhir itu telah menimbulkan korban tewas.

"Beberapa korban jiwa telah dilaporkan di beberapa lokasi di pusat kota, termasuk dua bus yang hancur oleh bangunan yang ambruk," kata sebuah pernyataan polisi. "Laporan lainnya termasuk beberapa bangunan runtuh, kebakaran bangunan di pusat (kota) dan orang yang terjebak dalam bangunan."

Sebuah gedung perkantoran dengan 200 pekerja runtuh, demikian juga dengan puncak menara Kathedral Christchurch. Stasiun televisi lokal, TV3, mengatakan, mayat-mayat telah ditarik dari sebuah hostel, dan seorang turis tewas dalam sebuah van yang hancur.

Semua penerbangan di negara itu dihentikan untuk sementara setelah menara kontrol di Christchurch rusak. Bandara Christchurch ditutup dan gedung The Press, sebuah pusat surat kabar, rusak parah. Laporan-laporan mengatakan, korban yang terjebak dengan putus asa menelepon keluarga mereka dari reruntuhan.

Wali Kota Christchurch Bob Parker telah menyatakan keadaan darurat. "Semua orang harus memahami bahwa ini akan menjadi hari buruk untuk kota ini yang sangat terguncang. Saya menerima laporan tentang bus-bus yang terperangkap di bawah bangunan yang ambruk, bangunan parkir yang mengalami kerusakan signifikan, ambruk atau sebagian runtuh. Kami juga tahu ada orang-orang yang terjebak dalam bangunan."

"Rincian yang kami miliki sangat samar. Tapi kekhawatiran dan ketakutan tentu saja karena gempa ini terjadi pada saat (penduduk) sedang berada dalam jam sibuk mereka," kata Perdana Menteri John Key. "Ini merupakan waktu yang sangat padat, dengan orang-orang berada di tempat kerja, anak-anak di sekolah," katanya. "Saya tidak bisa mengesampingkan bahwa korban jiwa telah ada."

Gempa tersebut terjadi pada pukul 12.51 (atau 06.51 WIB). Pusat gempa berada sekitar lima kilometer dari Christchurch di kedalaman hanya empat kilometer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar