Sabtu, 03 Juli 2010
PILKADA JAMBI TERNYATA SUARA HBA KALAH 87.299 SUARA
PILKADA JAMBI TERNYATA SUARA HBA KALAH 87.299 SUARA
Jumat, 2 Juli 2010 | 11:33 WIB
JAMBI, Suara golongan putih atau masyarakat yang tidak memilih ternyata mengungguli perolehan suara gubernur terpilih, Hasan Basri Agus-Fahrori Umar (HBA-Fahrori). Tingginya angka golput membuat KPU Provinsi Jambi harus introspeksi terhadap kinerjanya.
Dalam pemilukada Provinsi Jambi 2010, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) sebesar 2.231.632 orang. Jumlah TPS secara keseluruhan mencapai 6.497 yang tersebar di Kabupaten Kota dan TPS Khusus. Sementara, suara sah dari rekap KPU berjumlah 1.495.051, sedangkan suara tidak sah mencapai 42.252. Bila ditotalkan tingkat partisipasi masyarakat yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 1.537.303.
Hasil pleno rekapitulasi suara, perolehan pasangan HBA-Fahrori mencapai 607.030 suara. Tetapi perolehan suara HBA-Fahrori tersebut dikalahkan masyarakat yang lebih memilih golput. Suara golput dalam pemilukada Provinsi Jambi mencapai 694.329. Data golput tersebut diperoleh dari pengurangan data DPT dan angka partisipasi. Dengan demikian golput unggul sebesar 87.299 suara atas HBA.
"Golput tersebut bisa disebabkan banyak faktor. Maka kita tidak bisa mengeneralisasi angka golput tersebut disebabkan faktor yang sama,” ungkap Pahmi SY, Anggota KPU Provinsi Jambi saat dikonfirmasi Kamis (1/7).
Katanya, faktor cuaca, ekonomi, jarak, dan figur yang bisa mempengaruhi tingkat ketertarikan pemilih menggunakan hak pilihnya. Bila masyarakat dihadapkan pada faktor ekonomi, berkemungkinan masyarakat lebih memilih bekerja mencari duit dari pada menggunakan hak pilihnya.
Demikian pula dengan jarak yang cukup jauh untuk menuju ke TPS. Faktor cuaca juga mempengaruhi keinginan masyarakat untuk mencoblos. Pahmi mencontohkan, bila hari hujan, masyarakat akan enggan untuk keluar rumah, karena takut basah dan sakit tersiram hujan.
Pahmi mengatakan, angka golput hanya bisa diperkecil dengan kerjasama dan partisipasi semua pihak, terutama lembaga penyelanggara, pemerintah dan partai politik. Dari sisi penyelenggara, terdapat dua faktor lain, yakni keseriusan mensosialisasikan tahapan dan besaran dana sosialisasi yang dianggarkan.
Dasril Rajab, pengamat hukum dan politik dari Universitas Jambi mengatakan, tingginya golput disebabkan undang-undang, yang hanya menegaskan masyarakat hanya memiliki hak memilih bukan diwajibkan. Artinya, masyarakat boleh saja menggunakan hak pilihnya, boleh juga tidak menggunakannya sama sekali.
"Munculnya golput ada beberapa faktor, karena tidak terdaftar, kemauan sendiri, pemilihan figur yang tidak disenangi masyarakat,” ujar Dasril.
Tetapi, kendati angka golput lebih tinggi dari angka kemenangan yang diraih HBA-Fahrori, namun tidak mempengaruhi keabsahannya. Yang ada justru, masyarakat golput akan hilang haknya untuk mengkritisi kebijakan pemerintahan HBA-Fahrori.
Dasril mengatakan, KPU di provinsi Jambi lebih meningkatkan profesionalisme kerjanya, terutama sosialisasi kemasyarakat. Dengan demikian, diharapkan angka golput tersebut tidak memicu munculnya golput yang lebih tinggi di pemilukada Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
Diposkan oleh RADAR JAMBI
Label:
KERINCI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar