Laman

Sabtu, 05 Februari 2011

INILAH ALASAN KOMODO DI CORET DARI 7 KE AJAIBAN DUNIA

BERITA KERINCI
NTT Pertanyakan Ancaman New7Wonders Tangguhkan Komodo
MINGGU, 06 Februari 2011 | 08:43 WIB
Pemerintah Indonesia menyatakan tak berkeberatan jika pihak penyelenggara "New7Wonders" menangguhkan atau menghapus Taman Nasional Komodo dari daftar 28 finalis.

Yayasan New7Wonders sebagai penyelenggara telah mengumumkan status Pulau Komodo sebagai finalis akan ditangguhkan mulai tanggal 7 Februari 2011.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik menceritakan hal ihwal pencoretan Komodo. Ia mengatakan, pada Desember lalu, Yayasan New7Wonders menemuinya. "Mereka meminta Indonesia menjadi tuan rumah untuk deklarasi pada tanggal 11 bulan 11 tahun 2011. Wah, tadinya saya sudah naksir, kalau di Indonesia deklarasi sedunia kita kan dapat gaungnya. Tapi persyaratannya berat, jadi harus membayar komitmen fee," kata Jero, seusai mengikuti Rapat Kabinet Paripurna di Kantor Kepresidenan, Rabu (2/2/2011) malam.

Pemerintah, lanjut Jero, diminta membayar 10 juta dollar AS sebagai komitmen pengumuman menjadi tuan rumah. Tak hanya itu, untuk pelaksanaannya, penyelenggara juga diminta mengeluarkan dana 35 juta dollar AS. "Jadi, totalnya kita mengeluarkan 45 juta dollar AS atau lebih dari Rp 400 miliar. Saya berpikir, karena saya bekas pengusaha, hitung-hitung layak enggak mengeluarkan uang Rp 400 miliar untuk mempromosikan komodo jadi tuan rumah yang belum tentu menang, kan masih dipilih lagi menjadi tujuh," ujarnya.

Kemudian, Jero mengatakan, bahwa dana yang harus dikeluarkan sebagai tuan rumah sangat besar dan tidak sepadan dengan apa yang didapatkan. "Bisa enggak pulang pokok (balik modal). Walaupun saya tetap ingin promosikan Komodo," kata Jero.

Karena penolakan Indonesia, penyelenggara menyatakan Komodo akan dicoret. "Mereka mengatakan, kalau Indonesia tidak bisa menjadi tuan rumah, akan kita delete," ujarnya.

Pernyataan penyelenggara dinilai janggal oleh Jero. Menurut dia, jika Indonesia tidak bersedia menjadi tuan rumah seharusnya masih ada 27 negara lain yang juga masuk finalis bisa menggantikan tanpa harus mencoret keikutsertaan Komodo sebagai finalis. "Bagi saya tidak masalah di negara lain, yang penting kita vote. Kalau dunia mem-vote dan masuk tujuh besar, ya, dapatlah seven wonder. Itu dipikiran saya," kata Jero.

Meskipun dicoret, Jero mengatakan, Indonesia sudah mendapatkan keuntungan dari masuknya Komodo sebagai 28 finalis. Kunjungan ke Pulau Komodo mengalami peningkatan signifikan.
Kupang - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) mempertanyakan ancaman New7Wonders Foundation untuk menangguhkan komodo sebagai salah satu nominasi tujuh keajaiban dunia.

"New7Wonders Foundation tidak bisa seenaknya menangguhkan komodo sebagai salah satu nominasi tujuh keajaiban dunia," kata Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT, Ubaldus Gogi, di Kupang, Kamis (3/2).

New7Wonders Foundation, Senin (31/1), mengumumkan bahwa status komodo sebagai salah satu finalis 7 keajaiban dunia akan ditangguhkan.

Menurut Ubaldus Gogi, pemerintah daerah sudah bersusah payah memperjuangkan komodo untuk menjadi salah satu keajaiban dunia. Oleh karena itu ia mempertanyakan alasan New7Wonders Foundation menangguhkan komodo sebagai nominasi 7 keajaiban dunia.

"Harus ada alasan yang jelas untuk menangguhkan komodo. Kita sudah ikuti semua aturan yang ditetapkan New7Wonders Foundation," katanya.

Dia mengatakan, pemerintah daerah sudah mengeluarkan banyak biaya untuk promosi komodo sebagai 7 keajaiban dunia. "Kita sudah membuang banyak waktu dan uang untuk perjuangkan komodo," katanya.

Karena itu, ia mengancam akan membawa New7Wonders Foundation ke jalur hukum, jika tidak punya bukti yang kuat untuk menangguhkan komodo sebagai nominasi 7 keajaiban dunia. "Mereka harus buktikan kesalahan yang dilakukan. Jika tidak, kita akan tempuh jalur hukum," katanya.

Diberitakan Tempo, New7Wonders Foundation akan menangguhkan komodo sebagai salah satu hewan yang dikampanyekan dalam tujuh keajaiban dunia. Penangguhan itu dilakukan per 7 Februari, sehingga komodo tidak lagi diikutsertakan dalam kampanye tujuh keajaiban dunia.

Bahkan, komodo akan dieliminasi dan digantikan oleh peserta yang terdaftar sebagai cadangan dari negara lain. Semua suara dukungan untuk komodo selama masa kampanye 7 Keajaiban Alam Dunia tidak akan diperhitungkan.

New7Wonders Siap Bekerja Sama

Kamis, 3 Februari 2011 | 17:24 WIB


Satwa endemik Komodo (Varanus komodoensis) terlihat di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa (29/11/2010). Taman Nasional Komodo menjadi salah satu dari 28 finalis New 7 Wonders of Nature.

Pihak New7Wonders Foundation siap bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia segera setelah masalah legal berjalan semestinya. Head of Communications for New7Wonders Eamonn Fitzgerald menyebutkan hal tersebut dalam e-mail kepada Kompas.com, Rabu (2/2/2011).

Sebelumnya Eamonn menulis dalam www.n7wpress.wordpress.com yang dilansir pada Senin (31/1/2011) bahwa pihaknya merasa kekuatan kontrak yang telah mengikat untuk penyelenggaraan tuan rumah New7Wonders di Jakarta pada 11 November tidak dihargai. Oleh karena itu, Yayasan New7Wonders akan mencoret keikutsertaan Pulau Komodo sebagai finalis 7 Keajaiban Dunia kategori alam mulai 7 Februari 2011.

Hal lain adalah lambatnya respons dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam menjalankan hasil kesepakatan dalam kontrak.

"Kontrak tersebut antara New7Wonders dan sebuah konsorsium swasta dari Indonesia serta berkekuatan hukum yang mengikat. Dan, kontrak itu untuk Jakarta/Indonesia menjadi tuan rumah resmi New7Wonders," tulis Eamonn dalam e-mail.

Ia pun menambahkan, karena saat ini kontrak tersebut tidak dihargai, tidak mungkin New7Wonders berlangsung secara legal dengan aman di Indonesia.

"Inilah salah satu penyebab situasi yang terjadi sekarang. Kami terus berupaya mencari jalan keluarnya," katanya.

"Walaupun sudah ada banyak pernyataan, termasuk yang tertulis ataupun secara publik selama hampir dua tahun, pada saat bersamaan tidak ada usaha yang dilakukan oleh pihak kementerian untuk mendukung proses penawaran (sebagai tuan rumah New7Wonders)," ujarnya.


Pemerintah Tak Permasalahkan Pencoretan Komodo

JAKARTA - Taman Nasional Komodo terancam dicoret dari daftar finalis tujuh keajaiban dunia yang baru (New7Wonders). Penyebabnya, pemerintah tidak bersedia membayar biaya tuan rumah penyelenggaraan pemilihan sebesar USD 45 juta atau sekitar Rp 400 miliar.

Kampanye yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwsata (Kemebudpar) bakalan sia-sia. Apabila ancaman yang dilayangkan New7Wonders akan mendiskualifikasi Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai salah satu finalis. Ancaman tersebut muncul berawal dari Indonesia menolak membayar uang penyelenggaraan tuan rumah pemilihan tujuh keajaiban dunia sebesar USD 45 juta atau Rp 400 miliar.

Direktur Sarana Promosi Kemebudpar Esty Reko Astuty mengatakan, pemerintah Indonesia hanya mampu menyediakan dana Rp 90 miliar untuk promosi Taman Nasional Komodo. Jumlah tersebut tentu kurang untuk memenuhi keinginan panitia penyelenggara New7Wonders.

Meski demikian, pemerintah tidak mempedulikan ancaman pencoretan Komodo sebagai New7Wonders. Pemerintah akan menggunakan dana Rp 90 miliar untuk promosi Komodo dan membangun infrastruktur pendukung pariwisata di Labuan Bajo.

"Dana sebesar itu (Rp 90 miliar) bisa kita manfaatkan buat banyak hal. Kalau digunakan untuk biaya penyelenggaraan, akan banyak program tercecer, karena dana Rp 90 miliar itu hanya sebatas promosi saja," tuturnya.

Sementara kalau kita ambil, banyak program yang akan tercecer nantinya, karena dana yang dianggarkan baru untuk promosi saja," terang kemarin.

Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) pasrah menyusul terancamnya Taman Nasional Komodo dari finalis tujuh keajaiban dunia yang digelar Yayasan New7Wonders.

Yayasan New7Wonders mengancam menangguhkan komodo mulai 7 Februari mendatang dari tujuh keajaiban dunia karena pemerintah Indonesia tidak bersedia membayar komitmen fee sebesar US$ 10 juta dan biaya deklarasi tujuh keajaiban dunia pada 11 November 2011 sebesar US$35 juta.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik menolak membayar dana sebesar itu karena dinilai terlalu mahal.

Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT Ubaldus Gogi mengaku kaget dengan persyaratan yang disampaikan yayasan tersebut karena sangat berat. Padahal, menurut dia, NTT sudah mengeluarkan dana besar untuk promosi komodo.

"Kami sudah membuang banyak waktu dan uang untuk perjuangkan komodo masuk menjadi tujuh keajaiban dunia," kata Gogi di Kupang, Kamis (3/2).

Jika tuntutan yayasan tersebut tidak bisa dipenuhi, pemerintah NTT tidak bisa berbuat apa-apa. Meski tidak menjadi pemenang tujuh keajaiban dunia pun, komodo, menurut Ubaldus, sudah terkenal di seluruh dunia.

Wisatawan mancanegera tetap akan berkunjung ke komodo karena promosi yang sudah dilakukan selama ini. Selain itu, promosi komodo tetap dilakukan karena obyek tersebut merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di daerah ini.

Promosi juga dilakukan terhadap obyek wisata lainnya di Nusa Tenggara Timur yang sudah dikenal luas seperti Danau Tiga Warna di Kabupaten Ende, Taman Laut di Alor dan Sikka, Pemburuan Paus di Lamalera, Lembata, Pasola di Sumba, dan Pantai Nemberala di Pulau Rote.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar