BERITA KERINCI
Jembatan Selat Sunda
Siapa Bangun Jembatan Selat Sunda?
Jembatan selat Sunda akan dibangun oleh sebuah konsorsium yang melibatkan berbagai pihak.
Jembatan Selat Sunda (PT Bangungraha Sejahtera Mulia )
Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) akan dikerjakan badan baru yang dibentuk oleh pemerintah, yaitu Badan Usaha Kawasan Strategis Infrastruktur Selat Sunda. Badan itu terdiri dari konsorsium berbagai pihak yang akan mengerjakan proyek senilai US$15 miliar atau Rp135 triliun.
"Pada 2011 ini, semua hal yang terkait pembentukan badan kawasan sudah harus selesai, dibentuk Badan Usaha Kawasan Strategis Infrastruktur Jembatan Selat Sunda," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai Rapat Koordinasi di kantornya, Jakarta, Selasa 11 Januari 2011.
Menurut Hatta, badan usaha ini adalah semacam konsorsium yang berisi lembaga-lembaga seperti Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Banten dan BUMD Lampung, BUMN serta mitra-mitra yang mungkin diundang untuk membantu pembangunan proyek tersebut.
Disamping badan usaha tersebut, pemerintah juga bakal membentuk badan pelaksana yang dipegang oleh pemerintah. Di atas semua badan tersebut akan dibentuk sebuah dewan yang akan mengurus kebijakan menyangkut pembangunan jembatan tersebut.
Hatta mengatakan, sampai saat ini pembangunan JSS diharapkan dilakukan melalui mekanisme kerjasama swasta dan pemerintah (Public-Private Partnership-PPP). Namun, penekanan dari pelaksana pembangunan tersebut akan dititikberatkan pada BUMN atau BUMD.
"Kalau APBN tidak kuat, besar sekali. Itu semua dilakukan badan usaha. Badan pelaksana lebih ke regulasi," katanya.
Pada bagian lain, Hatta mengatakan draft peraturan presiden (Perpres)
pembentukan dewan dan badan pelaksanaan akan segera dikeluarkan presiden dalam seminggu mendatang.
"(Jika) semua selesai, maka Pemda Lampung dan Banten sebagai inisiator segera membentuk konosorsium dengan BUMD, BUMN, dan mitra strategis," katanya.
Baja Domestik Cukup Bangun Jembatan Sunda
Kebutuhan baja akan dipenuhi PT Krakatau Steel Tbk dan industri baja lain.
Jembatan Selat Sunda
Menteri Perindustrian MS Hidayat optimistis industri baja dalam negeri memenuhi pembangunan Jembatan Selat Sunda. Kebutuhan baja akan dipenuhi PT Krakatau Steel Tbk dan industri baja lain.
Menurut MS Hidayat, kebutuhan baja jembatan Selat Sunda belum dihitung secara tuntas, karena seluruh desain dan penghitungannya belum selesai. Jika pembangunannya dimulai 10 tahun lagi, ia memperkirakan industri baja nasional sudah cukup.
Saat ini, Hidayat mengaku kebutuhan baja nasional mendekati 10 juta ton per tahun, sedangkan industri dalam negeri hanya mampu menyumbang empat juta ton.
Dia memperkirakan, kekurangan itu bisa dipasok dari Krakatau Steel dan Posco yang bisa menghasilkan tiga juta ton lagi dalam tiga tahun ke depan.
"Ada investasi dari China juga mau masuk, kami lagi panggil mereka untuk masuk. Mencukupilah dalam lima tahun," kata Hidayat.
Seperti diketahui, rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda dipastikan bakal membutuhkan pasokan baja dalam jumlah besar sebagai bahan dasar konstruksi jembatan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan pasokan baja itu diperlukan industri baja baru.
Berdasarkan studi awal PT Bangungraha Sejahtera Mulia, Jembatan Selat Sunda akan terdiri dari lima seksi. Seksi dua dan empat masing-masing berupa jembatan ultra panjang dengan panjang bentang utama 2.200 meter.
Seksi satu, tiga dan lima berupa rangkaian jembatan kantilever seimbang (series of balanced cantilever bridges) dengan panjang bentang tipikal masing-masing 200 meter.
Tinggi jembatan untuk tiang tertinggi sepanjang 400 meter. Jembatan itu terdiri dari 108 buah jembatan kecil/kantilever. Semua bahan itu terbuat dari baja.
Untuk memenuhinya, menurut Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung Prabowo, kapasitas produksi baja di Indonesia yang ada saat ini belum mencukupi kebutuhan JSS.
"Kita perlu industri baja baru. Bahkan, pada saat jembatan dibangun, seharusnya pabrik baja baru sudah ada," ujarnya kepada .
Krakatau Steel Siap Pasok Baja Jembatan Sunda
Keuntungannya, lokasi KS dekat dengan pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Jembatan Selat Sunda
PT Krakatau Steel siap memasok kebutuhan baja terkait rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS). Kebutuhan JSS terhadap baja sangat besar dan diperkirakan tidak cukup dipenuhi dari industri dalam negeri.
Menurut Direktur Pemasaran Krakatau Steel Irvan Hakim, kesiapan itu dikarenakan lokasi pabrik Krakatau Steel cukup dekat dengan kawasan pembangunan jembatan.
Bahkan, kata dia, Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi hingga 300 ribu ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan pembangunan jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatra tersebut.
"Apalagi bangun jembatan tidak hanya satu tahun, kami siap untuk itu," kata dia di Jakarta, Rabu, 8 Desember 2010.
Perseroan belum dapat memastikan berapa kebutuhan baja untuk JSS. Kebutuhan Rp100 triliun yang disampaikan selama ini masih dinilai kasar.
"Kami menunggu hasil finalnya dulu," tambahnya.
Seperti diketahui, rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dipastikan bakal membutuhkan pasokan baja dalam jumlah besar sebagai bahan dasar konstruksi jembatan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan pasokan baja itu diperlukan industri baja baru.
Berdasarkan studi awal PT Bangungraha Sejahtera Mulia, JSS akan terdiri dari lima seksi. Seksi dua dan empat masing-masing berupa jembatan ultra panjang dengan panjang bentang utama 2.200 meter. Seksi satu, tiga dan lima berupa rangkaian jembatan kantilever seimbang (series of balanced cantilever bridges) dengan panjang bentang tipikal masing-masing 200 meter.
Tinggi jembatan untuk tiang tertinggi sepanjang 400 meter. Jembatan itu terdiri dari 108 buah jembatan kecil/kantilever. Semua bahan itu terbuat dari baja.
Dana Siapa Bangun Jembatan Selat Sunda?
Jika sudah terwujud, sumber pendapatan jembatan Selat Sunda bukan hanya dari jalan tol.
Jembat Selat Sunda
Biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang membutuhkan dana minimal Rp100 triliun tak bisa ditutup jika hanya mengandalkan tarif tol. Namun diperlukan juga semacam sumber pembiayaan lain.
"Dari hasil Pra Feasibility Study kita memperoleh hasil dengan nilai investasi US$10 miliar, itu tidak bisa dikembalikan semata-mata hanya mengandalkan tarif tol saja," kata Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung Prabowo, kepada VIVAnews.
Rencananya, jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra ini akan dibangun mulai 2013-2014. Dperkirakan pada 2020, pembangunan salah satu jembatan terpanjang ini sudah tuntas.
Dia mempunyai ide, bisa menggunakan konsep memadukan pembangunan kawasan. Hal itu dikarenakan pembangunan infrastruktur selalu akan memicu pertumbuhan ekonomi. Jika hal itu diatur dengan baik maka akan menambah keuntungna untuk ikut serta dalam pembiayaan investasi ini.
Agung mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan pembangunan area yang ditawarkan ke investor. Konsepnya, "bukan membangun jembatan tapi membangun kawasan. "Di dalam kawasan itu ada Jembatan Selat Sunda, nah satu paket itu kita racik sama-sama untuk menarik sebanyak mungkin bahwa investasi ini sangat menarik," katanya.
Dia mencontohkan untuk pengembangan pariwisata, komersial, industri, semacam kawasan khusus yang mandiri. Pihak swasta diberikan semacam konsesi untuk mengelola wilayah yang telah ditawarkan,"Misalnya itu build operation transfer, jadi setelah BEP tercapai, akan kembali ke pemerintah" katanya.
Sementara untuk pendanaan lain, banyak perusahaan yang berkepentingan seperti Perusahaan Listrik Negara, Jasa Marga, PT Kereta Api Indonesia akan tertarik untuk berkolaborasi. "Kalau kita dengar BUMN merupakan kerja bareng dengan BUMN, BUMD ini sangat terbuka sekali," ujarnya.
Jembatan Selat Sunda Butuh Industri Baja Baru
Pasokan baja yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan Jembatan Selat Sunda.
Jembatan Selat Sunda
Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dipastikan bakal membutuhkan pasokan baja dalam jumlah besar sebagai bahan dasar konstruksi jembatan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan pasokan baja itu diperlukan industri baja baru.
Berdasarkan studi awal PT Bangungraha Sejahtera Mulia, JSS akan terdiri dari lima seksi. Seksi dua dan empat masing-masing berupa jembatan ultra panjang dengan panjang bentang utama 2.200 meter. Seksi satu, tiga dan lima berupa rangkaian jembatan kantilever seimbang (series of balanced cantilever bridges) dengan panjang bentang tipikal masing-masing 200 meter.
Tinggi jembatan untuk tiang tertinggi sepanjang 400 meter. Jembatan itu terdiri dari 108 buah jembatan kecil/kantilever. Semua bahan itu terbuat dari baja.
Untuk memenuhinya, menurut Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung Prabowo, kapasitas produksi baja di Indonesia yang ada saat ini belum mencukupi kebutuhan JSS.
"Kita perlu industri baja baru. Bahkan, pada saat jembatan dibangun, seharusnya pabrik baja baru sudah ada," ujarnya kepada VIVAnews.
Dia mengharapkan pemerintah mengantisipasi hal ini, sehingga pada saat pembangunan kebutuhan itu sudah tersedia.
Karena itu, dia menyambut baik masuknya perusahaan asal Korea, Posco ke Krakatau Steel. "Semoga ini bisa mengantisipasi kebutuhan karena akan menambah kapasitas baja," katanya.
Agung berharap pembangunan jembatan yang akan menjadi ikon Indonesia ini benar-benar berasal dari dalam negeri. Sebisa mungkin pembangunan itu tidak mengimpor bahan baku yang dibutuhkan. Namun jika memang nantinya tidak ada pasokan langkah impor mau tidak mau harus ditempuh.
"Kami ingin kalau nanti jangan sampai impor. Supaya ini nilai tambahnya benar-benar diserap dari sini. Oleh karena itu jembatan ini seharusnya dipikirkan lebih luas, bagaimana pemerintah menyiapkan ini," tambahnya.
Konstruksi Tahan Gempa Jembatan Selat Sunda
pemrakarsa jembatan tersebut menyiapkan desain agar bangunan ini tahan gempa.
Pembangunan konstruksi Jembatan Selat Sunda (JSS) akan dirancang tahan gempa hingga 9 Scala Richter. Harapan tersebut disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Lalu bagaimana rancangan jembatan tahan gempa yang akan menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra ini?
Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia Agung Prabowo, pemrakarsa Jembatan Selat Sunda menjelaskan soal konstruksi jembatan anti gempa tersebut. Bangungraha adalah unit usaha yang terkait Grup Artha Graha milik pengusaha Tomy Winata.
"Bagian bangunan yang dirancang anti gempa terletak pada bagian tiang yang paling tinggi. Tiang tersebut terbuat dari baja," ujar Agung.
Dalam pembangunan itu, akan dibuat model di laboratorium yang juga diberi goncangan seperti gempa."Nanti kita akan beri beban misalnya berapa skala richter. Akan ada instrumen yang mencatat struktur itu sampai seberapa besar terjadi deformasi," ujarnya kepada VIVAnews.
Pengukuran itu untuk mengetahui sampai berapa besar kekuatan goncangan yang menyebabkan jembatan bisa patah. Metode itu juga dilakukan untuk menguji kekuatan angin.
Menurut Agung, sebagai negara dengan risiko gempa, yang penting adalah bagaimana hidup bersama gempa. Seperti di Jepang, bangunannya tahan gempa seperti gedung dan jembatan. "Untuk itu pentingnya teknologi yang memungkinkan untuk itu," ujarnya.
Kawasan selat Sunda selama ini dianggap sebagai wilayah rawan gempa. Selain tak jauh dari gunung Krakatau, kawasan ini juga berada dekat dengan patahan atau sesar aktif selat Sunda. Di wilayah ini sering terjadi gempa dengan kekuatan rata-rata 5 - 7 SR.
Berdasarkan catatan sejarah, pada 27 Agustus 1883, pernah terjadi gempa besar akibat letusan Gunung Krakatau yang memicu tsunami 35 meter dan menewaskan 36 ribu jiwa di Jawa bagian barat, dan sebelah selatan Sumatera.
Tetapi, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Surono pernah menegaskan aktivitas Anak Gunung Krakatau tidak akan membahayakan Jembatan Selat Sunda. Intensitas Krakatau selama 10 tahun terakhir selalu aktif sehingga tidak menyimpan potensi letusan yang dahsyat.
"Gunung api di Jawa lebih galak dibandingkan Sumatera, dan selat Sunda merupakan tempat transisi," kata dia.
Surono memprediksi, dalam kurun waktu 200 tahun ke depan Anak Gunung Krakatau tidak akan meletus dahsyat, sehingga tidak akan mengganggu pembangunan dan aktivitas jembatan. Krakatau, menurut dia, memiliki periodesasi letusan dahsyat selama 1500 tahun. "Letusan dahsyat terakhir 1883," ujar Surono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar