Laman

Senin, 16 Agustus 2010

PEMBUNUHAN SADIS DI AUR DURI JAMBI JANGAN BUNUH SUAMI SAYA MOHON ISTRINYA AKHIR NYA PRIA TUA 60 TAHUN ITU MATI

Berita Kerinci Permohonan Tika (40) isteri Bachtiar Wijaya alias Acai (60) kepada perampok yang memasuki rumahnya Minggu (15/8) pukul 03.30 WIB sia-sia. Komplotan bandit berjumlah empat orang itu dengan sadis membunuh suaminya, meski dibolehkan mengambil semua harta benda yang ada di rumah korban. Kejadian naas itu berawal saat korban merasa curiga dengan anjing miliknya yang menggonggong terus menerus di depan rumah. Korban yang baru saja selesai makan sahur, lalu membuka pintu rumahnya dengan ditemani isterinya. Saat itu, ternyata ada orang di depan rumah. Korban yang tidak menyadari dirinya dalam bahaya, lalu mendekati pelaku. Kemudian pelaku langsung membacok korban di bagian kepala beberapa kali. Acai sempat berteriak dan meminta tolong, namun teriakan korban dan isterinya tidak terdengar para tetangga. Apalagi, jarak rumah satu dengan rumah yang lain berjauhan. "Mamak sudah bilang silakan ambil apa saja harta yang ada, asal jangan bapak dibunuh. Ada motor tiga, mobil juga ada dua. Tapi mereka malah minta brangkas,” kata Melani (19), anak pertama korban, kepada Tribun Minggu (15/8) di rumahnya di Jalan Aur Duri RT 12 Nomor 35 Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura. Menurut Melani, saat kejadian, di rumah korban ada lima orang. Korban bersama isteri dan dua orang anaknya serta seorang keponakannya. Tika hanya bisa melihat suaminya dibacok orang yang tidak dikenal, karena ia ditodong senjata api. Bahkan, Tika sempat melawan, tetapi justru keningnya terluka oleh pisau pelaku. Saat itu, para pelaku kata Melani, ada yang memasuki rumah dan ada yang menunggu di luar. "Dari empat orang, satu orang pakai penutup muka yang diambil dari baju kaos bapak. Saya, mamak, adik dan Fatimah disekap di kamar. Mereka minta ditunjukkan brankas dan uang yang ada. Tapi, memang brangkasnya tidak ada, lalu mamak diikat perampok dengan tali. Saya juga sempat ditodong pistol," kata Melani, yang didampingi keponakannya Fatimah dengan mata berkaca-kaca. Perampok yang diduga empat orang itu kata Melani, pergi dengan membawa kalung emas ibunya, serta tiga buah handphone Nokia yang ada di rumahnya. Melani (19), anak pertama korban perampokan yang tewas di Jalan Aur Duri RT 12 nomor 35 Minggu (15/8) pukul 03.30 WIB, mengaku berulang kali dipukul pelaku perampok. Ia tidak ingat berapa kali dipukul karena tidak sadar. Melani melawan karena melihat ayah dan ibunya yang menjadi korban perampokan diperlakukan tidak wajar. Menurutnya, dari empat orang pelaku perampokan rumahnya tersebut, dua orang menggunakan senjata api, satu orang parang, dan satu orang lagi menggunakan pisau garpu. Anak pertama pasangan korban dengan Tika mengatakan, tiga unit kendaraan roda dua dan dua unit mobil yang ada tidak dibawa pelaku. Padahal, kunci-kuncinya sudah diserahkan kepada perampok pada saat ibunya meminta agar Acai tidak dibunuh. Ia juga yakin bahwa ayahnya sudah meninggal waktu ditemui terkapar di ruang tamu. "Banyak darah dari kepala bapak. Ada luka di pundak, sepertinya pundak bapak patah. Luka di wajah juga banyak, di kening, bibir, dan tulang di atas hidung," cerita Melani, kepada Tribun yang mengaku tidak ada firasat apa-apa sebelum kejadian. Ardias Wijaya (16) anak kedua korban saat ini terus mengurung diri di dalam kamar. Menurut Melani, pada saat kejadian, adiknya tersebut berada di asrama. Karena adiknya sekolah di Sekolah Berstandar Internasional (SBI) di Pondok Meja. "Dari pertama kali datang, dia tidak banyak bicara dan hanya di kamar saja. Waktu diberitahu jam 4 pagi setelah kejadian, dia juga tidak bicara apa-apa. Dia diam saja waktu ditelepon," papar Melani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar