Laman

Jumat, 17 Desember 2010

DUA WANITA DI TANGKAP USAI JUAL ABG KE HIDUNG BELANG

BERITA KERINCI

 


Dua Wanita Ditangkap Usai Jual Pelajar SMA
Surabaya

Dua wanita ditangkap polisi usai menjual pelajar SMA di sebuah hotel kawasan Jalan Perak Timur, Surabaya.

Keduanya masing - masing berinisial NS (37), warga Jalan Pulo Wonokromo dan SY (30), warga Jalan Girilaya Surabaya. Mereka kini mendekam di tahanan Polres Pelabuhan Tanjung Perak mempertanggungjawabkan perbuatannya.

"Kami meringkus kedua wanita itu karena terbukti melakukan tindak `trafficking` dengan menjual anak perempuan di bawah umur," ujar Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, AKBP Yuda Gustawan kepada wartawan di Mapolres, Jalan Kalianget, Rabu.

Dijelaskannya, tersangka ditangkap ketika polisi memancingnya dengan cara memesan dua perempuan dan bertemu di sebuah hotel kawasan Jalan Perak Timur.

Saat bertemu di hotel, tersangka NS menyediakan seorang perempuan berinisial SDA (27). Saat meyerahkan SDA, tersangka juga mengaku sanggup mencari gadis belia yang masih duduk di bangku sekolah.

Petugas pun, lanjut Yuda, tak melewatkan kesempatan tersebut. Tak berselang lama, datanglah tersangka SY bersama CDA, perempuan yang masih berusia 16 tahun dan berstatus sebagai pelajar.

"Dari situlah kami semakin yakin dan tanpa pikir panjang langsung menggelandang tersangka ke kantor polisi," papar Yuda menegaskan.

Di sela pemeriksaan, tersangka mengaku baru kali ini menjual korban. Untuk sekali kencan, CDA dihargai Rp500 ribu. Dari jumlah itu, kedua tersangka mengambil untung Rp100-Rp150 ribu.

Kepada wartawan, tersangka NS terpaksa menjual CDA juga karena tidak ada penolakan. Sebab, CDA membutuhkan uang untuk membayar tunggakan sekolah.

"Dia (CDA, red) tidak menolak, dengan harapan bisa melunasi pembayaran sekolahnya selama empat bulan terakhir yang belum terbayar," ucap NS.

Ia juga mengaku sudah dua tahun ini menjalankan tugasnya sebagai mucikari. NS berperan sebagai pelanggan pria hidung belang, dan SY bertugas mencari perempuan.

Akibat perbuatan yang dilakukannya, para tersangka terjerat pasal 2 ayat (1) UU RI nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang serta pasal 83 UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

PERANG CYBER GLOBAL PECAH, FACEBOOK JADI SASARAN

JAMBI EKSPRES:
Perang Cyber Global Pecah, Facebook Dibidik Dia adalah satu dari barisan pertama yang direkrut Operation Payback. Di tempat tidurnya di London, peretas berusia 24 tahun ini menyiapkan senjata cyber-nya, sebuah laptop. Musuhnya adalah perusahaan-perusahaan AS yang bertanggungjawab atas serangan terhadap WikiLeaks.

Di ruang-ruang obrol online dari Manchester sampai New York dan Sidney, wajah menyeringai topeng Guy Fawkes menyerukan perang. Di seluruh penjuru dunia satu batalion peretas memenuhi panggilan perang ini.

"Salam, wahai saudara-saudara anonim," begitu seruan awal Operation Payback. Bersama dengannya terkirim pula program software bernama "persenjataan pilihan kami".

Operation Payback bagaikan virus dan darinya terbentuklah sepasukan peretas online tanpa bentuk melawan pemerintah AS dan korporasi besar dunia.

"Para peretas ini tidak mengenal takut," kata Charles Dodd, konsultan keamanan jaringan untuk kantor-kantor pemerintahan AS.

Sampai Kamis pekan lalu, para peretas-aktivis (hacktivist) menyerang mereka yang menyerang WikiLeaks, diantaranya ikon-ikon korporasi dunia, perusahaan kartu kredit dan sejumlah perusahaan online besar.

Perang ini adalah antara dunia mapan melawan kultur akar rumput nan organik di internet. Seorang bloger menyebutnya sebagai "perang dunia informasi pertama."

Di jantung konflik ada pendiri WikiLeaks, sosok misterius Julian Assange yang disebut pendukungnya Ned Kelly era digital karena tiada henti melawan adidaya.
Sebaliknya, AS mengutuknya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.

Sasaran terbaru para prajurit online ini adalah peritel online terbesar dunia, Amazon, yang berhenti menjadi hosting WikiLeaks. Kemudian Scotland Yard dan laman politisi-politisi senior AS.

Ada juga wacana mengganggu Facebook karena pekan lalu situs ini menghapus satu laman yang digunakan peretas pro-WikiLeaks. Anonymous dikabarkan akan mengirimi Facebook dengan virus yang menyebar dari profil ke profil sampai laman ini ambruk.

Meningkat
AS menanggapi dengan keras pembeberan kawat diplomatik AS oleh WikiLeaks pimpinan Assange.

Mike Huckabee, mantan gubernur Arkansas, mengatakan siapapun yang membocorkan dokumen rahasia ke Assange harus dieksekusi, sementara Sarah Palin menuntut Assange diburu dengan cara sama seperti memburu tokoh-tokoh Alqaeda. Jaksa Agung Eric Holder memerintahkan anak buahnya untuk memulai investigasi kriminal atas Assange agar dia bisa diadili di AS.

Para pembela Assange bereaksi. Mereka merapatkan barisan untuk melindungi WikiLeaks.

Amazon.com pun diserang setelah melepaskan tautan ke WikiLeaks menyusul tekanan senator Joe Lieberman yang mengepalai komisi keamanan dalam negeri di Senat AS.

Semua sistem nama domain (DNS) yang mengusir domain WikiLeaks.org seperti Mastercard, Visa dan Paypal, juga diserang.

Di pihak anti-WikiLeaks, peretas berjuluk Jester mengkoordinasikan rangkaian serangan terhadap penyedia jasa internet (ISP) yang menjadi hosting WikiLeaks.

"Kami berandai-andai siapa sebenarnya di balik agenda anti-WikiLeaks si Jester itu," kata seorang sumber.

Jester dan upaya mencampakkan WikiLeaks gagal, sebaliknya kemampuan WikiLeaks untuk tetap online meningkat.

Lebih dari 1.300 situs "cermin" sukarela dibuka, dan dalam hitungan hari konten web WikiLeaks menyebar ke mana-mana. Perang cyber tingkat global yang pertama pun pecah.

Seorang peretas Anonymous berkata, "Bertahun-tahun saya mengoceh tentang 'perang internet di masa depan'. Saya tak mengatakan saya tahu bagaimana memenangkannya. Tapi saya mengatakan bahwa perang itu telah berkecamuk."

Bermotif politik
Setelah WikiLeaks berhasil membuka borok perang Afghanistan pada Juli 2010, Assange memberi kuliah umum di Stockholm berjudul "Kebenaran adalah korban pertama dari perang."

Selepas kuliah umum pada 14 Agustus malam, Assange menginap bersama seorang perempuan penyelenggara kuliah umum di apartemen si perempuan di Sodermalm.

Tiga hari kemudian, agar tetap terhubung dengan domain baru situsnya, Assange tinggal di Enkoping, 100 mil dari Stockholm, ditemani seorang perempuan lain yang juga peserta kuliah umumnya.

Assange meninggalkan Swedia pada 18 Agustus, sementara kedua perempuan melapor ke polisi. Menurut Claes Borgstrom, pengacara mereka, kedua perempuan tak saling mengenal sampai kemudian mereka bertemu di kantor polisi.

Polisi menyimpulkan, telah terjadi kejahatan seksual terhadap dua wanita. Assange dituduh memaksa perempuan yang lagi tidur untuk berhubungan seks dengannya, sedangkan wanita satunya lagi dilecehkan karena Assange tak menggunakan kondom saat berhubungan seks.

Surat penangkapan Assange diterima polisi Inggris. Swedia mengirimkannya ke Inggris untuk dakwaan bahwa Assange telah memperkosa dua wanita.

Pengacara Mark Stephens menuduh dakwaan ini dilatarbelakangi motif politik, sementara seorang pejabat pemerintah senior Swedia yang meminta namanya dirahasiakan mengesampikan tuduhan motif politik di balik dakwaan pemerkosaan oleh Assange.

Ironisnya, ketika WikiLeaks memublikasikan dokumen-dokumen perang Afghanistan, Assange juga menghadapi dakwaan sama.

Pukul 9.15 pagi Selasa pekan lalu, Julian Assange meninggalkan markas asosiasi jurnalis Frontline Club untuk menyerahkan diri ke polisi.

Operation Payback

Para peretas WikiLeaks mengesampingkan tuduhan seksual terhadap Assange itu dan malah bersiap masuk ke fase berikutnya perang cyber.

Mereka menggunakan komputer-komputer online untuk mengacaukan situs-situs target serangan dengan jutaan permintaan data, sampai situs-situs itu tak bisa berfungsi lagi.

Mereka gunakan 200 komputer untuk menyerang Swiss PostFinance, sementara situs Visa dan Mastercard diserang oleh sekitar 3.000 komputer.

Para pemimpin Anonymous mengirimkan tool piranti lunak agar orang bisa bergabung dalam Operation Payback.

Sekitar 9.000 pengguna Internet di AS mengunduhnya, 3.000 lainnya di Inggris. Jerman, Belanda, Kanada, Prancis, Spanyol, Polandia, Rusia dan Australia masing-masing 1000 pengunduh, sementara di Swedia 75 pengunduh.

Sean-Paul Correll, seorang analis keamanan cyber menilai mereka yang terlibat dalam serangan cyber mustahil dikenali.

"Mereka semua anonim dan ada di mana-mana dan mereka tidak memiliki hirarki yang membuatnya mempunyai kuasa besar yang mustahil bisa ditelusuri dan didefinisikan," katanya.

Ujian besar Operationn Payback adalah saat menyerang Amazon. Di sini mereka memerlukan 30.000 sampai 40.000 komputer online.

Dua dari jejaring sosial paling penting Twitter dan Facebook dikabarkan menjadi target serangan Anonymous berikutnya.

Twitter membuat marah peretas setelah minggu lalu menanggalkan akun Anonymous yang konon mempunyai 22.000 pengikut, sementara laman Anonymous di Facebook dibunuh karena tidak memenuhi syarat.

Pemanfaatan kedua situs jejaring sosial ini oleh Anonymous untuk merekrut para serdadu cyber, menurut sejumlah analis, telah menyulitkan posisi Facebook dan Twitter.

Facebook mengatakan tak ingin terlibat dengan kelompok yang menyerang kelompok lain, padahal laman WikiLeaks pada situs ini mendatangkan 1,3 juta pendukung.

Target berikutnya adalah pemerintah AS sendiri di mana Selasa pekan lalu, situs senator AS senate.gov sempat ambruk. Para gerilyawan cyber mengklaim serangan serupa akan terjadi lagi di hari-hari nanti.

Sementara itu WikiLeaks akan terus menerbitkan kawat-kawat diplomatik yang baru beberapa ratus saja yang dipublikasikan dari 250.000 kawat diplomatik yang dibobol WikiLeaks.

Belum jelas siapa yang akan menang dalam "perang cyber" global itu, namun seorang pemuda berusia 24 tahun telah bersiap untuk babak berikutnya dari perang tersebut. (*)

Disarikan dan disadur dari The Guardian/Jafar Sidik

TIMNAS PSSI DALAM EFORIA BARU SUNGGUH MENYENANGKAN

JAMBI EKSPRES:
Rabu, 15 Desember 2010 20:51 WIB
Antri Berjam-jam Demi Jadi Saksi Berjayanya Timnas
Antrian mendapatkan tiket semifinal pertandingan Piala AFF (15/12)

Jakarta
Jarang sekali masyarakat negeri ini seantusias sekarang dalam memimpikan hadirnya timnas yang dapat berjaya di setiap laga, sampai-sampai mereka rela berjam-jam antri untuk mendapatkan tiket pertandingan semifinal Indonesia versus Filipina di ajang Piala AFF Kamis dan Minggu pekan ini.

Terik panas mentari di siang hari dan deras hujan di kesoreannya, tidak mematahkan perjuangan mereka mendapatkan secarik kertas yang menjadi "kartu pas" untuk menyaksikan salah satu partai sepakbola yang mungkin paling diburu dalam sejarah sepakbola nasional.

"Animo masyarakat sangat tinggi," kata Ketua Panita Bidang Tiket Edhi Prasetyo, menunjuk begitu cepat ludesnya tiket yang dijual.

Edhi mengatakan, tiket leg pertama sudah habis terjual, bahkan tiket untuk leg kedua sudah terjual sekitar 82 persen.

Semifinal Piala AFF ini digelar dalam dua leg. Seharusnya Filipina menuanrumahi leg pertama, namun berhubung negeri ini tidak memiliki lapangan yang layak, maka leg kedua pun dilangsungkan di Indonesia.

Berbagai kalangan berbeda latar belakang dan asal, dari ibu rumah tangga sampai anak SMA, rela berbaris panjang untuk mendapatkan tiket semifinal itu.

Ricky Pratama, siswa SMU Citra Nusa Bogor, begitu berharap mendapatkan satu tiket untuknya, walau sudah dua jam tiket belum juga sampai ke tangannya. Pikirnya, apapun saya harus pulang mendapatkan tiket.

"Sudah jauh-jauh datang, pakai ditilang dulu lagi, masa tidak dapat?" katanya. Sejam sebelum sampai di Stadion Utama Gelora Bung Karno, motor yang dikendarainya dihentikan polisi karena melanggar peraturan lalu lintas.

Tekad sama dicetuskan Riko Tresnata, pemuda Cibubur yang berkuliah di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta.

Riko juga bersumpah tetap mengantri hingga tiket dia dapatkan. "Percuma saya libur kuliah kalau tidak nonton pertandingan ini," katanya.

Lain dengan Nina Andinia. Ibu muda yang mengaku tinggal di Jakarta Selatan ini mengajak serta suami ke Gelora Bung Karno.

"Saya bergantian mengantri dengan suami agar tidak lelah," kata Nina.

Dia mengaku tidak terlalu hobi menonton pertandingan sepakbola, namun kali ini dia memutuskan memaksakan diri menonton bersama suami yang memang gila bola, dan anak semata Wayang mereka yang berumur 5 tahun.

"Sekali-kali nonton bola di stadion ah," katanya.

Jiwa nasionalis

"Perjuangan" mereka mendapatkan tiket cukup berliku. Sesekali mereka melontarkan keluhan, mengapa harus sesulit ini hanya untuk mendapatkan satu tiket. Panitia penjualan tiket pun menjadi sasaran kekesalan mereka.

"Harusnya panitia memperbanyak pintu loket, jangan hanya dua," kata Ricky yang antri sejak pukul 12.00 WIB dan sampai pukul 14.30 belum juga mendapatkan tiket.

ANTARA News sendiri melihat, panitia hanya membuka dua loket penjualan tiket di Pintu Satu, Gelora Bung Karno.

Edhi Prasetyo menyebutkan langkah itu harus dilakukannya. "Kami menjual tiket untuk kategori satu dan dua," katanya.

Daya tampung stadion sendiri 87.000 tempat duduk. Panitia menyiapkan 70.725 ribu tiket untuk umum, sementara sisanya dijual untuk kalangan khusus.

"Presiden SBY juga membeli tiket lho, nggak gratis," kata Edhi.

Dia mengingatkan untuk selalu membeli tiket sebelum hari "H" di lokasi yang telah ditentukan panitia. Masalahnya, banyak pengantri tetap melihat panitia tak cukup siap mengantisipasi membludaknya penonton.

"Dari animo masyarakat yang tinggi kan seeharusnya panitia sudah bisa menerka berapa banyak yang ingin menonton," kata Riko Tresnata.

Resiad Nur, mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Jakarta, bersuara lebih pedas dengan mengatakan panitia tidak belajar dari pertandingan sebelumnya.

"Seharusnya panitia bisa menangani antri yang panjang ini karena acara AFF di Indonesia bukan yang pertama," katanya.

Tak semua pengantri mengeluh. Banyak juga yang menganggap sudah biasa berkeringat terlebih dahulu untuk mendapatkan tiket pertandingan olah raga.

Yang lainnya malah menyiasatinya dengan berpagi-pagi datang stadion, bahkan ada yang jauh sebelum loket dibuka.

"Saya datang dari tadi pagi jam delapan (pagi)," kata Libra Lavina.

Libra akan membeli tiga tiket. Satu tiket untuknya, satu untuk istrinya, dan satunya lagi untuk anak mereka. "Saya ingin mengajarkan jiwa nasionalis kepada anak saya dari dini," katanya.

Mengenal betul
Sebagian besar dari mereka asalah memang penggila bola sehingga jangan heran jika mereka mengenal betul tim yang mereka puja dan harapkan meraih titel juara ini.

Mereka hafal karakter permainan timnas, apalagi para pemain yang menghuni skuad nasional ini, termasuk kelebihan-kelebihan para pemain.

"Firman Utina seperti roh dan pengatur serangan di tim, sama halnya dengan Xavi Hernandes di Barcelona," kata Riko membandingkan si kapten timnas dengan "playmaker" dari Spanyol.

Sementara Nina, seperti kebanyakan perempuan penyuka timnas lainnya, mengidolakan penyerang naturalisasi, Irfan Bachdim.

"Irfan selain bagus mainnya, juga tampan," katanya diiringi senyum tipis, menoleh sebentar ke arah suaminya.

Libra agak lain. Dia mengidolakan semua pemain timnas dan menganggap semua pemain harus diidolakan. "Semuanya patut diidolakan karena mereka team work," katanya.

Ada juga yang menyayangkan tidak sertanya sejumlah pemain yang selama ini dikenal bintang sepakbola nasional, seperti Boaz Salossa.

Salah seorang yang menyesalkan ketidakhadiran Boaz adalah Ricky.

"Sayang sekali Boas nggak ikut, padahal dia memiliki kecepatan yang patut diperhitungkan lawan," katanya.

Satu hal yang patut diketahui adalah masyarakat ternyata tidak dibelah oleh status pemain, apakah dia naturalisasi, berasal dari mana, dan klub mana. Acuannya cuma satu, prestasi si pemain itu.

Riko misalnya. Dia tak melihat naturalisasi masalah, justru menyayangkan PSSI yang terlambat merekrut pemain naturalisasi. "Kenapa tidak dari dulu sih?" ujarnya.

Mereka jelas pemerhati sepakbola nasional yang baik, dan tidak hanya itu karena mereka sudah menganggap timnas sebagai kepunyaan mereka sehingga merasa memiliki andil dalam bagaimana timnas tangguh dibentuk.

Dalam soal ini, Libra mengusulkan bibit-bibit ungggul di daerah-daerah diasah, dengan memperbanyak pertandingan lokal. "Papua menyimpan bibit unggul Indonesia pada masa depan," katanya berusul.

Sebaliknya Riko melihat kualitas permainan timnas sekarang lebih bagus dari sebelumnya. "Hanya saja, pelatih harus mencari pemain belakang yang lebih tangguh," katanya.

Bak komentator sepakbola, Riko melanjutkan, para gelandang tak boleh sepenuhnya membantu pertahanan. Mereka harus fokus menyuplai bola ke depan.

"Saya melihat Maman Abdurahaman dkk kewalahan saat menerima serangan Thailand terutama ketika serangan balik," sambungnya.

Ya, mereka tak hanya mencintai timnas, tapi juga merasa juga pemilik timnas, sampai-sampai berbicara seolah timnas adalah diri mereka.

Kecintaan pada timnas ini membuat mereka optimistis timnas bakal berjaya memukul Filipina.

Sekarang, coba tebak, apa prediksi mereka tentang hasil pertandingan nanti?

"2-1!" kata Ricky yakin. Nina menyambung, "Pasti 6-0!"

Semoga impian mereka terwujud. (*)

KETIKA SEPAK BOLA MEMBERI HARAPAN

JAMBI EKSPRES:

People Power Tim Merah Putih
Pesepakbola timnas Indonesia
Jakarta

Ini jelas-jelas bukan gaduh dari sebuah rapat kerja (raker) organisasi XYZ yang berujung pada selaksa rencana berbunga-bunga meskipun soal-soalnya itu-itu saja.

Ini drama dari "people power" yang bakal dikobarkan oleh Tim Merah Putih dalam laga semifinal pertama Piala AFF 2010, pada Kamis (16/12).

Dan seteru yang dihadapi Firman Utina dan kawan-kawan, yakni pasukan "The Azkals", julukan tim nasional sepak bola Filipina.

Nah, kalau sebuah raker memerlukan asupan "vitamin" agar menghasilkan butir-butir pemikiran terang benderang di langit ketujuh, maka timnas Indonesia mengandalkan asupan gizi jiwa dari salah satu butir kebijakan khas Jawa.

Ini bukan bermaksud menjawakan ketika membicarakan semangat membara Tim Merah Putih untuk melibas pasukan The Azkals. Ini lakon dari amanat kepada setiap punggawa timnas Indonesia untuk menekan ego saat tampil bermain guna mengandalkan keseimbangan plus kedisplinan. Mengapa?

Bagi mereka yang bersemangat membaja untuk mencapai tujuan, atau bertekad memenangkan pertandingan, tidak ada kata takut. Setiap lawan akan diganyang, setiap seteru akan dibabat. Maju ke medan laga, mengalahkan lawan tanpa ragu. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.

Tunggu dulu. Lawan kali ini bukan kelas embek. Dari ziarah sejarah, Filipina terlahir dari rahim "people power" yang menjungkalkan rezim Marcos. Rakyat bersatu pasti menuai menang, itulah kredo rakyat Filipina.

Modalnya, kedisplinan dan kekuatan menyusun lapis barisan pertahanan. Ini salah satu buah dari people power yang menginspirasi timnas Filipina.

Filipina yang dibilang anak bawang dalam ranah sepak bola Asia Tenggara, kini justru dibaptis sebagai anak ajaib. Buktinya, anak asuhan pelatih asal Inggris Simon McMenemey ini tampil luar biasa pada babak penyisihan Grup B. Mereka mampu melibas Vietnam (2-0) dan memaksa Singapura bermain imbang 1-1 dan berbagi skor kacamata 0-0 melawan Myanmar.

Timnas Filipina juga mengandalkan serangan balik. Layaknya pakem "people power" yang bereaksi terhadap elite penguasa yang menindas, maka kecepatan bereaksi diperlukan sebagai antitesis setiap gempuran lawan.

Mereka tahu bahwa setiap lawan memiliki keterbatasan dan kerapuhan. Perlu mawas diri. Rumangsa bisa, bisa rumangsa.

Kesadaran serupa dimiliki oleh pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl. "Saat memegang bola, kami akan memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin dan kami juga berlatih untuk menghadapi serangan balik yang cepat," kata pelatih asal Austria itu.

"Kami sudah diberi tahu tentang gaya Filipina. Saya rasa kami tahu lawan, bahkan sangat mengenal. Vietnam kalah dari Filipina karena Filipina sukses melakukan dua serangan balik yang menghasilkan gol," ujar Riedl.

Ikut nimbrung membaca people power khas timnas Filipina, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid melihat bahwa skuad Filipina tidak terlalu kinclong meskipun diperkuat sembilan pemain naturalisasi.

"Kata Pelatih Alfred Riedl, hanya tiga pemain Filipina yang memiliki kemampuan di atas rata-rata pemain kita, yaitu kiper (Neil Ethridge) dan Younghusband bersaudara. Sisanya, biasa saja," kata Nurdin seusai menengok persiapan tim di Lapangan C, Senayan.

Optimisme kubu Indonesia dilumuri oleh filosofi dari gaya bermain pendek merapat dengan mengandalkan umpan satu-dua antar pemain. Ketika menusuk jantung pertahanan Filipina, maka butuh kegigihan aksi perorangan di area penalti lawan. Lupakan umpan-umpan lambung, karena barisan pertahanan "Azkals" sigap menghalau.

Aksi sarat motivasi dari Firman Utina diperlukan, dengan ditopang akselerasi dari Oktovianus Maniani dari sektor kiri. Tinggal sekarang menunggu ketajaman dan kejelian duet lini depan Cristian Gonzales-Irfan Bachdim atau Cristian Gonzales-Bambang Pamungkas, atau Irfan Bachdim-Bambang Pamungkas.

Sempat disambangi cedera ringan ketika berlatih, Firman siap berjibaku dengan berperan sebagai pengatur serangan. Kebugaran fisik Firman diperlukan sebagai pelumas bagi roda serangan skuad Merah Putih.

Ini lantaran timnas Filipina memainkan sepak bola defensif dan mengandalkan serangan balik untuk menghajar lawan.

Ungkapan jangan lupakan sejarah (jasmerah) boleh-boleh saja dijadikan pelatuk semangat. Berdasarkan pertemuan kedua tim, timnas Indonesia selalu mampu mengalahkan Filipina.

Pengalaman berada di atas angin tidak lantas membuat Tim Merah Putih bersikap sok. Jangan berlebihan. Sehebat apa pun sebuah tim, sedigdaya apa pun sebuah tim kerja, masih ada saja kekurangan dan kelebihan. Jangan mentang-mentang. Aja dumeh

Dari aras sejarah, kedua tim sudah bertemu sejak era 1950-an. Dari 16 laga, pasukan "Garuda" hanya sekali dipaksa bermain imbang oleh Filipina, sementara sisanya Indonesia selalu meraih kemenangan. Pertemuan terakhir kedua tim terjadi tahun 2002.

Saat itu, Indonesia menghabisi Filipina 13-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Akankah sejarah berulang?

Jawabnya, euphoria sedang melanda timnas Indonesia. Euphoria sedang membakar hasrat setiap insan Indonesia. Taruhannya, empat kata saja, "fight to death".

Mengutip sejarawan klasik Alexander Kojeve, sejarah manusia adalah sejarah Hasrat yang dihasrati. Tidak ada jalan buntu eksistensial (existensial impasse), karena "all Desire is desire for value". Nilai!

Dan "People Power" bagi tim Merah Putih sejatinya perjuangan akan nilai kemenangan. "People Power" tim Merah Putih="Fight to Death". Ayo, ini kandang kita.
0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar