MESIR : MAKNA SEBUAH REVOLUSI BERITA LENGKAP
Revolusi Mesir
222 dari 487 Tapol Akan Dibebaskan
Minggu, 20 Februari 2011 | 04:41 WIB
Reuters Komandan Tentara Mesir, Hassan al-Roweny, ketika berpidato di depan ribuan di Alun-alun Tahrir (Pembebasan), Kairo, 10 Februari 2011.
1
Perdana Menteri Mesir Ahmed Safiq, Sabtu (19/2/2011), mengatakan, pemerintah akan membebaskan 222 tahanan politik. Safiq tidak menyebutkan waktu persis pembebasan mereka.
Menurut dia, sebagian kecil dari mereka ditahan selama demonstrasi menuntut mundur Presiden Hosni Mubarak. Kepada kantor berita pemerintah MENA, melaporkan, Safiq juga menyebutkan, dengan pembebasan itu, tahanan politik masih 487 orang.
Namun, menurut kelompok pembela hak asasi manusia, ribuan rakyat Mesir ditahan tanpa peradilan atas nama undang-undang darurat, dan sebagian besar mungkin tergolong tahanan politik.
Revolusi Mesir
3 Mantan Menteri dan Pengusaha Ditangkap
Gamal Mubarak, putra bekas Presiden Mesir Hosni Mubarak
Mesir menangkap dua mantan menteri dan seorang pengusaha atas tuduhan menyelewengkan dana negara. Demikian dikatakan oleh seorang sumber di pengadilan kepada AFP, Kamis (17/2/2011).
Satu dari ketiga menteri tersebut adalah mantan Menteri Dalam Negeri yang dulu ditakuti, Habib el-Hadly. Ia ditangkap atas tuduhan pemutihan uang dan ditahan selama 15 hari.
Selanjutnya adalah mantan Menteri Pariwisata Zuheir Garana dan mantan Menteri Perumahan Ahmed al-Maghrabi.
Jaksa juga memerintahkan pengusaha Ahmad Ezz ditahan selama 15 hari "untuk membantu penyelidikan."
Keempat orang itu termasuk di antara sejumlah mantan menteri dan pejabat yang memiliki rekening bank yang dibekukan dan dilarang meninggalkan Mesir.
Inggris, Perancis, Jerman, dan AS mengatakan, Mesir telah meminta mereka membekukan rekening bank para mantan pejabat itu.
Ezz, seorang pengusaha baja, adalah anggota Partai Demokratis Nasional yang dulu berkuasa. Ia dianggap sebagai mentor Gamal Mubarak, putra Hosni Mubarak yang telah lama disebut-sebut akan menggantikan ayahnya.
Pergolakan Mesir
365 Tewas dan 5.500 Cedera demi Revolusi
Ribuan rakyat dalam aksi demo menumbangkan Presiden Mesir, Hosni Mubarak.
Penggulingan Hosni Mubarak dari kekuasaannya selama 30 tahun sebagai Presiden Mesir meminta "tumbal" sekitar 365 orang tewas dan 5.500 lainnya menderita cedera dari semua pelosok negeri itu.
"Jumlah orang yang meninggal dalam aksi-aksi itu sekitar 365 orang dan 5.500 lainnya dirawat karena menderita luka-luka," kata Menteri Kesehatan Mesir Sameh Farid dalam satu pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi MENA, Rabu (16/2/2011).
Farid mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan-laporan dari beberapa rumah sakit dan kantor-kantor kesehatan. Demonstrasi pecah pada 25 Januari yang menuntut pengunduran diri segera Mubarak dan menyerukan reformasi di bidang ekonomi dan politik.
Para pengunjuk rasa terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan kemudian antara pendukung dan musuh Mubarak.
Pada 11 Februari, Mubarak menyerahkan kekuasaan kepada dewan militer, yang berjanji akan memuluskan jalan bagi reformasi demokratis. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, ratusan orang masih hilang setelah protes-protes itu.
"Ada ratusan orang ditahan, tetapi informasi tentang jumlah mereka masih belum lengkap. Angkatan Darat menahan sejumlah orang," kata Gamal Eid, pengacara yang memimpin Jaringan Arab bagi Informasi Hak Asasi Manusia.
Pergolakan yang mengakhiri kekuasaan Mubarak yang berlangsung 30 tahun menyebabkan pemogokan di sektor perbankan, transportasi, rawat kesehatan, perminyakan, pariwisata, tekstil, serta lembaga-lembaga media pemerintah dan negara.
32 Polisi Mesir Jadi "Tumbal" Revolusi
Ribuan rakyat dalam aksi demo menumbangkan Presiden Mesir, Hosni Mubarak.
Revolusi Mesir sejak 25 Januari yang akhirnya berhasil mengusir Presiden Hosni Mubarak dari 30 tahun kekuasaannya, meminta "tumbal" tak sedikit.
Sedikitnya 32 polisi tewas dan 1.079 lainnya, termasuk tentara, cedera. Menurut kantor berita MENA, sebanyak enam pegawai, 11 personil kepolisian dan 15 calon polisi tewas di lembaga keamanan itu sewaktu unjuk rasa di berbagai penjuru Mesir pada periode lalu.
Sejumlah 342 pegawai, 167 calon polisi dan 570 tentara juga mengalami cedera. Selain itu, 99 pos polisi dan enam penjara di penjuru Mesir mengalami kerusakan.
Lebih dari 4.500 polisi berunjuk rasa pada Senin di depan kantor Kementerian Dalam Negeri di pusat kota Kairo yang meminta lembaga tersebut untuk menaikkan tunjangan hidup mereka.
Sementara itu, lebih dari 300 polisi berseragam melakukan gerak jalan di sejumlah jalan di Kairo yang menginginkan bekas Menteri Dalam Negeri Habib El Adly diadili atas kekacauan pada 28 Januari.
Pasar penyedia kebutuhan di Mesir yang dipersiapkan untuk dibuka kembali pada Rabu setelah penutupannya pada 27 Januari ditunda pembukaannya karena unjuk rasa pada bidang perbankan.
MESIR
Media Berubah Drastis, Kroni Mubarak Diadili
Nada pemberitaan di semua media massa cetak dan noncetak Mesir berubah 180 derajat. Media cetak seperti Al Ahram, Al Akhbar, dan Al Jumhuriyah, serta stasiun televisi Mesir, yang semula mendukung Hosni Mubarak, kini mendukung penjungkalan Mubarak dari takhta kepresidenan.
Media massa semula menyebut para pengunjuk rasa sebagai segelintir pengecut dan menjadi antek-antek asing. Media massa tadinya menyepelekan kekuatan demonstrasi dan sibuk menampilkan keindahan alam Mesir.
Harian Al Ahram edisi Minggu (13/2) menurunkan foto-foto pejabat teras di era rezim Mubarak yang terlibat korupsi dan dilarang pergi ke luar negeri. Para pejabat yang menjadi sasaran itu antara lain mantan Ketua MPR Safwat Sharif, mantan Perdana Menteri Ahmed Nadhif, mantan Menteri Penerangan Anas al-Fiqqi, dan mantan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adly.
Pemimpin Umum Al Ahram Abdul Mun’im Said yang selalu membela rezim Mubarak berbalik dengan memuji eksekutif Google, Wael Ghonim, yang menyerukan revolusi pemuda.
Harian Akhbar al Youm menurunkan berita berjudul ”Mubarak Tumbang”. Di sampingnya terdapat gambar Mubarak yang melambaikan tangan. Pemimpin redaksi harian ini, Mumtaz al-Qat, menulis tajuk rencana yang membela perjuangan rakyat.
Kantor berita resmi Mesir, Middle East News Agency (MENA), semula menyebut pengunjuk rasa hanya ratusan orang dan selalu menurunkan berita tentang pendukung Mubarak. Setelah Mubarak lengser, MENA menyambut tumbangnya rezim Mubarak di seantero Mesir.
Para karyawan TV dan radio di Mesir, Sabtu, menggelar unjuk rasa memprotes liputan radio dan TV yang sangat buruk soal revolusi Mesir.
Tuduhan korupsi muncul
Seiring dengan itu, aparat hukum mulai bergerak. Jaksa penuntut umum menuduh mantan Mendagri Habib al-Adly menerima suap sekitar 700.000 dollar AS. Jaksa juga menuduh Ketua MPR Safwat Sharif terlibat korupsi sekitar 2 miliar dollar AS.
Jaksa meminta Kementerian Luar Negeri agar meminta negara-negara Eropa membekukan rekening mantan Menteri Pariwisata Ahmed Maghribi, mantan Menteri Perdagangan Rashid Ahmed Rashid, dan Habib al-Adly.
Di Alun-alun Tahrir, sebagian pengunjuk rasa masih ingin bertahan di alun-alun hingga ada kejelasan bahwa semua tuntutan dikabulkan. Para pengunjuk rasa, Minggu, sempat bentrok dengan polisi militer yang ingin mengosongkan alun-alun itu dari para pengunjuk rasa. Namun, para pengunjuk rasa menolak upaya polisi militer itu.
Koalisi pemuda revolusi 25 Januari itu, Sabtu, menyampaikan keinginan untuk berunding dengan Dewan Agung Angkatan Bersenjata untuk membahas teknis realisasi permintaan para pemuda revolusioner tersebut soal demokrasi nyata.
Mesir
Rusuh, 600 Narapidana Kairo Kabur
Jutaan pengunjuk rasa antipemerintah berkumpul di Tahrir Square, merayakan kemenangan revolusi Mesir pascapengumuman mundurnya Presiden Hosni Mubarak, Jumat (11/2/2011).
Sekitar 600 narapidana kabur dari penjara Kairo pada Sabtu (12/2/2011) setelah kerusuhan terjadi.
"Beberapa orang tewas dan lainnya terluka saat narapidana rusuh dan penyerang tidak dikenal dari luar penjara menembaki sipir," kata petugas keamanan.
Masih belum jelas berapa jumlah korban jiwa akibat serangan itu. Ini merupakan peristiwa kedua kaburnya narapidana dari penjara Marg sejak kerusuhan anti-pemerintah Hosni Mubarak merebak.
Para perusuh ini memanfaatkan situasi tersebut dengan menyerang kantor-kantor polisi dan beberapa penjara untuk membebaskan rekan mereka.
"Polisi bersama dengan kekuatan militer yang saat ini mengontrol negara setelah Mubarak mundur pada Jumat telah menahan lebih dari seribu narapidana yang melarikan diri sejak awal bulan ini," kata petugas keamanan.
Beberapa narapidana yang kabur termasuk militan Pakistan yang melarikan diri dari penjara Abu Zaabal, di utara Kairo, tempat setidaknya 14 orang termasuk dua polisi tewas saat terjadi kerusuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar