Perkembangan nilai tukar petani Provinsi Jambi menurun. Ini disampaikan dalam rilis berita resmi statistik Provinsi Jambi kemarin (1/10), oleh Kepala BPS Jambi Dyan Pramono Effendi. Dibandingkan dengan bulan Agustus terjadi sedikit penurunan sebesar 0,49 persen. Penurunan ini masih sama dengan bulan sebelumnya disebabkan kenaikan harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dan untuk keperluan produksi pertanian.
Perkembangan nilai tukar ini merupakan hasil pantauan BPS terhadap harga di desa pada sembilan kabupaten. “Intinya, perbandingan ini terlihat petani masih besar pengeluaran dibandingkan penerimaan,” ujar kepala BPS Jambi.
Dari hal ini, dapat dilihat petani tidak menikmati kenaikan harga. Justru petani masih rugi karena menjual hasil dengan harga produsen dan membeli barang kembali dengan harga pasar.
Dilihat dalam persentase pada September, sub sektor peternakan masih mengalami kenaikan 1,83 persen dan subsektor perikanan naik 0,07 persen. Untuk nilai tukar petani pada subsektor lain mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat.
Terlihat posisi petani yang merupakan sebagian besar dipedesaan mengalami disimpastis, atau tidak beruntung. “Hal ini dikarenakan karena petani menjual dalam harga produsen, sedangkan membeli dengan harga pasar,” jelasnya.
Dengan demikian nilai tukar petani bulan September ini tercatat menurun dibandingkan Agustus sebelumnya sebesar 0,49 persen, dari 96,46 menjadi 95,98 persen pada September 2010.
Dari hasil ini, indeks nilai tukar petani yang dirilis bisa menjadi sumber kebijakan yang diambil Pemerintah Provinsi Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar