Laman

Kamis, 22 April 2010

PERKIRAANSEMENTARA SULIT CAGUB UNGGUL SATU PUTARAN

Ditulis oleh roz Selasa, 23 Maret 2010 19:29 Safrial-Agus Bisa Jadi Kuda Hitam JAMBI - Kalangan pengamat menilai persaingan empat pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur Jambi akan sangat ketat. Karena latar kandidat hampir sama, kebanyakan para bupati, ada yang memprediksi bahwa Pilgub 2010 sulit memunculkan pemenang hanya dalam satu putaran. Rektor IAIN STS Jambi Prof Mukhtar Latief menilai pasangan Hasan Basri Agus-Fahrori Umar (HBA-Fachrori), kurang menguntungkan dari letak geografis daerah asal mereka. HBA dari Sarolangun, Fachrori dari Bungo. “Sama-sama dari wilayah Barat,” kata Mukhtar. Namun, meskipun Fachrori tidak menonjol, HBA dikenal lebih luas oleh masyarakat Jambi. Sedangkan Safrial-Agus Setyonegoro, menurut Mukhtar, diuntungkan karena mereka tak perlu menonjolkan daerah asal. “Hanya saja, pasangan ini memiliki perbedaan latar belakang, yakni birokrasi dan akademisi,” ujarnya. Walau Safrial dari akademisi, dia lebih dikenal sebagai Bupati Tanjab Barat. Bagaimana dengan Madjid Mu’az-Abdullah Hich (MM-Hich)? Menurut Mukhtar, kekuatan keduanya terdapat pada daerah asal mereka, perpaduan wilayah Timur dan Barat Jambi. Madjid menjabat Bupati Tebo, Hich Bupati Tanjab Timur. Kedua figur ini, kata dia, merupakan pasangan seimbang. Tidak ada yang mendominasi. “Pasangan ini tidak bisa dipandang sebelah mata, karena faktor dukungan geografis yang kuat,” kata Muchtar. Bagaimana dengan Zulfikar Achmad-Ami Taher (ZA-Ami)? Menurut dia, figur ini juga tak akan mendominasi massa secara geografis. Namun, mereka tertolong oleh sosok ZA yang dianggap inovatif. “Menurut saya, pasangan ini juga seimbang,” katanya. Dari empat pasangan tersebut, Muchtar memprediksi ada tiga pasangan yang akan bersaing ketat. Yakni HBA-Fachrori, MM-Hich, dan ZA-Ami. Safrial-Agus, kata dia, agak lemah, walaupun bisa menjadi “kuda hitam”. “Yang jelas sulit untuk unggul satu putaran. Saya perkirakan pilgub berlangsung dua putaran,” tegasnya. Muchtar juga mengkritisi pasangan kandidat yang berasal dari dua kutub yang sama. Menurut dia, birokrasi-birokrasi, politisi-politisi, bupati-bupati, akan sulit bertemu secara objektif, karena adanya tarik menarik kepentingan yang muncul. “Saya kira persoalan itu sebuah pelajaran dari masa lalu secara profesional. Variasi calon sangat penting, supaya jangan satu warna,” katanya. Tak jauh beda dengan Muchtar, pengamat politik dari Unja, Thabrani M Saleh, menilai HBA-Fachrori diunggulkan oleh figur HBA yang sudah populer dan berpengalaman di birokrasi. Sementara, pendampingnya Fachrori belum dikenal luas. “Ini merupakan kelemahan pasangan tersebut. Fachrori harus lebih intens melakukan sosialisasi, karena saat ini hanya beberapa daerah tertentu yang mengenalnya,” katanya. Pasangan MM-Hich, menurut Thabrani, merupakan pasangan ideal dari segi faktor geografis, karena masuk dalam keterwakilan wilayah. Kedua pasangan ini sama-sama dari birokrasi. “Pasangan ini juga cukup dikenal di lingkungan pemerintah, karena keduanya merupakan bupati yang masih aktif,” ungkapnya. Lalu, pasangan ZA dan Ami, menurut Thabrani, sama-sama memiliki pengalaman. “Cagub dari birokrat, sementara pendampingnya dari politisi,” sebutnya. Hanya saja, tingkat kepopuleran sedikit lebih kecil, karena keduanya hanya dikenal pada daerah-daerah tertentu. “Ami memang cukup dikenal di Kerinci, sementara di Bungo terjadi pemecahan dukungan antara ZA dan Fachrori,” sambungnya. Begitu juga dengan Safrial-Agus, keduanya memiliki latar belakang yang sama, yakni dari akademisi, meskipun Safrial lebih dikenal sebagai bupati. “Dari segi basis massa agak lemah dibandingkan dengan kandidat lainnya, karena Agus juga belum populer,” katanya. Pengamat politik lainnya, As’ad Isma, mengungkapkan bahwa para kandidat lebih intens menggarap dukungan di Kerinci, Kota Jambi, Merangin dan Muarojambi. Ini merupakan daerah yang dianggap belum memiliki tokoh atau figur dalam bursa cagub/cawagub. “Diasumsikan masyarakatnya masih cair dan belum memiliki pilihan politik,” sebutnya. Alasan lain, pemilih Kerinci, Kota Jambi, Merangin dan Muarojambi tergolong besar. Selain itu, merebut simpati pemilih Kota Jambi dan Kerinci menjadi penting karena di dua daerah ini terdapat tokoh-tokoh yang berwibawa dan bisa membantu menggalang suara di kabupaten lain. “Orang Kerinci hampir menyebar di seluruh Provinsi Jambi, dan punya jaringan organisasi HKK. Sementara Kota Jambi tempat bermukimnya kaum terdidik, pejabat provinsi, para politisi, pengusaha, yang semuanya diharapkan ikut membantu mendulang suara,” jelasnya. Dilihat dari perolehan suara partai politik dan kursi DPRD Provinsi Jambi pada Pemilu Legislatif (Pileg) di Provinsi Jambi 2009, HBA-Fachrori memiliki kekuatan signifikan. Saat itu, Partai Demokrat memperoleh 192.788 suara, Golkar 163.178 suara, PKS 68.130 suara, PBR 37.070 suara, Patriot 5.749 suara dan PPD sebanyak 10.306 suara. Semua itu partai pendukung HBA. Sementara pasangan Safrial-Agus didukung lima parpol, yakni PDI Perjuangan 128.675 suara, PKPB 44.441 suara, PPRN 27.734 suara, RepublikaN 13.374 suara dan Bernas sebanyak 10.741 suara. Sedangkan, pasangan MM-Hich, meski diusung hanya empat parpol, semuanya memiliki wakil di DPRD Provinsi Jambi. PAN meraih 182.964 suara, Hanura 82.513 suara, PPP 56.047 suara, dan PBB 42.527 suara. Berbeda dengan pasangan lain, ZA-Ami paling banyak memiliki partai pengusung/pendukung, yakni 21 partai. Namun, hanya dua yang memiliki kader di parlemen provinsi Jambi, yakni Gerindra dan PKB. Lainnya, PPPI, PMB, PNI Marhaenisme, PPIB, PDP, PKNU, PKPI, Pelopor, PDS, PIS, PNBK, Kedaulatan, Partai Buruh, PPI, PKP, Partai Merdeka, PKDI, PSI, dan PPDI. Jika dijumlahkan, total keseluruhan suara yang diraih 21 partai pengusung ZA- AMI adalah 234.161 suara.(roz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar